KALBARNEW.CO.ID (PONTIANAK) – Seringnya perawat yang alami kekerasan baik dari pasien maupun keluarga pasien seperti yang baru-baru terjadi di Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang Sumatera Selatan dan di tempat-tempat Pelayanan Kesehatan lainya.
Hal ini tentu menjadi
keprihatinan semua pihak termasuk menjadi keprihatinan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Yarsi Pontianak, hal inilah kemudian mendorong untuk melakukan
kajian melalui Talkshow yang dilaksanakan secara Virtual dengan menghadirkan
berbagai elemen, diantaranya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Kalimantan Barat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya, Akademisi
Perguruan Tinggi Kesehatan, Civitas Akademika STIKes Pontianak, Perwakilan Organisasi Perawat Se-Kalimantan Barat, Alumni STIKes
Yarsi Pontianak serta mahasiswa-mahasiswi STIKes Pontianak.
Dalam Talkshow tersebut terungkap
banyaknya kasus kekerasan terhadap perawat yang terungkap maupun yang tidak
terungkapdan kekerasan itu berupa Verbal dan Non Verbal.
Menurut Salah satu Dosen di
STIKes Yarsi Pontianak, Dr Ns Wahyu Kirana, M.Kep, Sp. Jiwa kekerasan terhadap
Perawat itu biasanya terjadi karena secara Psikologi Pasien yang datang ke
Rumah Sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain tentu datang dengan berbagai macam
masalah, sehingga sangat rentan ketersingungan dan gampang emosi.
“Beda seseorang yang datang ke Hotel
misalkan dengan orang datang ke Rumah Sakit atau tempat pelayanan kesehatan
lainya, kalau ke Hotel biasanyan dengan perasaan senang, tetapi jika ke Rumah
sakit pasti dengan berbagai perasaan, oleh karena itu perawat juga harus bisa
memahami itu,” ujar Kirana.
Oleh karena itu Dr Ns Wahyu
Kirana berharap Seorang Perawat harus bisa memahami hal tersebut, namun jika
hal tersebut terjadi tentu Perawat tersebut harus melakukan Komunikasi dan
koordinasi dengan Pihak Rumah sakit dan Organisasi PPNI sehingga tidak menjadi polemik.
Kepala Dinas Kesehatan
Kubu Raya, H Marijan, S.Pd M.Kes mengatakan kekerasan terhadap Tenaga
Keperawatan yang terjadi akhir-akhir ini memang suatu yang memprihatinkan semua
pihak, meurutnya hal itu bisa di minimalisirkan dengan saling memahami antara
Perawat dan Pasien serta keluarganya.
“Untuk itulah di Kabupaten Kubu
Raya secara rutin kita selalu lakukan evaluasi serta penguatan terhadap tenaga
kesehatan termasuk perawat, hal ini untuk memberikan pemahaman tugas dan fungsi
masing-masing,” ujar H Marijan yang juga Ketua PPNI Kab Kubu Raya ini.
Sebagai Ketua PPNI Kab Kubu Raya
Ia juga berharap kejadian seperti di RS Siloam tidak terjadi di wilayahnya, namun
jika terjadi tentu harus diperlakukan secara professional.
Sementara itu, Sekretaris PPNI Kalbar, Ns H Juliansyah, S.Kep menjelaskan kekerasan terhadap perawat biasanya ada kekerasan Verbal dan Non
Verbal, hal ini terjadi terkadang memang karena adanya miskomunikasi baik
antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien.
“Memang terkadang terjadinya
hanya karena hal sederhana, namun karena adanya miskomunikasi akhirnya berujung
kepada kekerasan,” terangnya.
Ia berharap jika terjadi hal
tersebut maka perawat diharap untuk melakukan komunikasi yang baik untuk
menyelesaikanya.
Namun jika kekerasan itu sudah
melampaui batas, misalkan kekerasan fisik tentu pihaknya mendorong untuk
melakukan pendampingan hukum di PPNI.
Ia juga berharap perawat bekerja
dengan professional, Profesi Perawat adalah profesi layanan tentu tampilan,
sambutan terhadap pasien menjadi salah satu faktor yang harus dimiliki oleh
perawat.(ej).
Editor : Aan