KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Pihak ahli waris akhirnya buka suara terkait status tanah di kawasan perumahan Mega Lavender Desa Kapur, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Mereka menegaskan, bahwa tanah tersebut telah dijual oleh ibu mereka.
"Tanah
ini sudah dijual oleh ibu kami semasa hidupnya ke Hendri Susanto Ngadimo. Pihak
Mega Lavender membeli dari Hendri. Jadi, tidak ada hubungan antara pihak kami
ahli waris dengan pihak Mega Lavender," kata Iche Magdalena, salah seorang
ahli waris, kepada wartawan, Sabtu (10/04/2021).
Iche
menjelaskan, mereka berjumlah enam bersaudara. Dari enam bersaudara, anak nomor
empat melakukan gugatan. Bahkan ia melakukan unjuk rasa di kawasan Mega
Lavender, beberapa waktu lalu.
"Saya
pun tidak tahu kenapa dia menggugat tanah ini. Terkait aksinya, kami tidak
tahu. Itu atas nama adik kami sendiri. Karena, tanah ini tidak hak kami
lagi," jelas Iche.
Sebenarnya,
imbuhnya satu keluarga sudah clear. Artinya, tidak ada urusan dengan tanah yang
dijual almarhumah ibu mereka ke Hendri. Penjualannya pun sudah memenuhi
persayaratan dan aturan sebagaimana mestinya.
"Saya
tegaskan, bahwa tanah tersebut sudah dijual secara resmi oleh ibu kami sesuai
hukum yang berlaku. Jadi kami tidak ada hubungan dengan pihak Mega Lavender. Karena
Mega Lavender beli tanahnya bukan dari kami, tapi beli dengan Hendri Susanto
Ngadimo," tambahnya.
Seperti yang
diberitakan sebelumnya, salah seorang ahli waris lainnya, menggelar aksi unjuk
rasa di depan kompleks perumahan tersebut. Ia mendesak pihak pengembang
menghentikan kegiatan.
"Kami
tegaskan lagi, tanah ini dijual ibu kami pada tahun 1989 ke Hendri. Sejak itu,
kami adik beradik tidak ada ribut atau masalah. Karena ibu kami sudah clear
dengan Hendri. Tidak tahu juga, kenapa sekarang ada masalah," kata Iche.
Pada
intinya, kata Iche, ia dan empat saudaranya tidak mau ikut campur dalam polemik
ini. Karena hak atas tanah itu sudah tidak ada lagi pada mereka.
"Tanah
dijual ibu kami. Masalah hasil penjualan itu mau dikemanakan, itu urusan ibu
kami semasa hidupnya. Ibu meninggal pada 1990," tutup Iche. (tha).
Editor : Aan