KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Mahasiswa Angkatan ke-7 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Tanjungpura (Untan) menggelar kegiatan Seminar Kuliah Kerja Interdisiplin (KKI) secara daring via Google Meet, dengan bertemakan 'Kesiapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Dalam Menghadapi Kenormalan Baru di Kota Pontianak'
Kegiatan
Seminar ini turut dihadiri oleh beberapa Stakeholder, seperti perwakilan dari
Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota
Pontianak, Dinas PUPR Kota Pontianak, serta tamu undangan lainnya.
Dimoderatori
oleh Windra Pahlevi, Ketua Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Untan, Prof.
Dr. Gusti Zakaria Anshari, MES membuka seminar dengan menjelaskan bahwa
kegiatan ini merupakan program dari Mata Kuliah KKI, yang dilakukan
bersama-sama oleh mahasiswa secara kolaborasi, dengan hanya menyampaikan hasil
pengamatan sesaat (reportase) menggunakan data yang sangat terbatas.
Mengawali
pemaparan, Ketua KKI, Wahyu Ramadhan menjelaskan bahwa seminar kali ini
menyampaikan terkait hasil pengamatan sesaat (Reportase) terkait Kesiapan RTH
dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Lokasi yang menjadi fokus pengamatan
diantaranya Taman Alun-Alun Kapuas, Taman Untan dan Taman Digulis.
"Seperti
kita ketahui, kasus pertama Covid-19 berawal dari Wuhan, pada Desember 2019
lalu. Dan penularannya mulai masuk ke Indonesia sekitar bulan Maret 2019, di
daerah Depok, Jawa Barat," terangnya.
Ia juga memaparkan
bahwa tujuan dari seminar ini adalah untuk menganalisis kawasan RTH di Kota
Pontianak dalam menghadapi era kenormalan baru dari berbagai aspek aturan,
fasilitas dan ketaatan pengunjung RTH.
"Karena
RTH juga berpotensi terhadap Penularan Covid-19," sebutnya.
Wahyu
menyampaikan, dari 140 responden yang dipilih secara acak (random), masih
ditemukan beberapa responden yang tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak
(kurang lebih 1,5 meter).
Responden
dari pengamatan ini, lanjutnya, terdiri dari kategori Remaja (12-25 tahun),
Dewasa (26-45 tahun), Lansia (46-65 tahun) dan Manula (65 tahun ke atas).
Kategori ini mengacu pada Departemen Kesehatan RI Tahun 2009.
Pada
kesempatan ini, Perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Hikmah Dyah
Permata Sari mengapresiasi atas diselenggarakannya seminar ini.
"Protokol
Kesehatan (Prokes), terkait 3M, sudah menjadi satu paket yang tidak bisa
dipisahkan. Ruang Terbuka memang sulit untuk mengatur sepenuhnya, terutama
dalam hal menjaga jarak terkait mencuci tangan," ungkapnya.
Menurutnya,
hampir seluruh lokasi di Kota Pontianak sudah tersedia tempat untuk mencuci
tangan. Maka dari itu, pengunjung juga harus dibatasi, terutama untuk
menghindari antrean dalam mencuci tangan.
Salah satu
anggota Tim KKI, Muhammad Hasanudin, menekankan bahwa dalam hal ini timnya
menitikberatkan pada pengunjung sebagi fokus pengamatan (responden).
"Untuk
di Taman Alun-Alun Kapuas, kami menemukan masih ada pedagang yang berjualan.
Lalu, kami mengambil sampel dari beberapa pedagang tersebut, dan Alhamdulillah,
mereka masih memiliki kesadaran terhadap Protokol Kesehatan (Prokes), terutama
tetap menggunakan masker dan menjaga jarak dalam setiap transaksi,"
jelasnya.
Ia
mengatakan, di ketiga taman tersebut juga ada petugas yang berkeliling untuk
memantau Penegakkan Prokes dan di lokasi taman juga telah dilengkapi dengan
sarana untuk mencuci tangan.
"Walaupun
sudah menggunakan media sosialisasi, namun fungsi pengawasan juga sangat
penting dalam Penegakkan Protokol Kesehatan," imbuhnya.
Ketua
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Untan, Prof. Dr. Gusti Zakaria Anshari,
MES kembali berkesempatan untuk menyampaikan beberapa tanggapannya sekaligus
menutup kegiatan seminar ini.
"Ada
indikasi secara nasional, dengan kecenderungan Covid-19, tentang banyak klaim
terkait hanya sekedar menyalahkan masyarakat saja. Wajar saja sebagian
masyarakat tidak mengetahuinya, karena sebagian masyarakat tidak tahu betul
tentang Prokes," ungkapnya.
Terkait
Disinfeksi, sambungnya, tentu mengacu pada besarnya biaya yang ditimbulkan dari
upaya ini, sehingga perlu didiskusikan lebih lanjut terkait kelayakan upaya
ini.
"Jika
ada indikasi lonjakan pengunjung pada hari libur, maka dari pada beresiko pada
meningkatnya penyebaran Covid-19, bisa saja disarankan untuk ditutupnya RTH.
Karena Covid-19 bisa saja ada dimana-mana. Tujuannya juga agar masyarakaat
tetap sehat
Menurutnya,
gagasan-gagasan yang timbul juga perlu di bahas bersama-sama secara detail,
untuk suatu rekomendasi yang sesuai dan tepat.
"Karena
kita harus optimis dapat menghadapi pandemi ini dengan baik," pungkasnya.
[ben/tim liputan].
Editor : Aan