A. Pendahuluan
Pandemi Covid-19 terbukti sangat berpengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat Kalimantan Barat terutama dalam aspek Pendidikan (Azorin, 2020). Fakta mengenai pembatasan kegiatan di luar rumah yang mengakibatkan aktivitas tatap muka pembelajaran untuk sementara waktu dihentikan sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan adalah bukti nyata dari pengaruh tersebut. Data terkini yang dihimpun terakhir tanggal 11 November 2020 pukul 21.00 WIB pada halaman website resmi Dinas Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat berada pada zona risiko sedang kecuali Kabupaten Ketapang yang berada pada zona risiko rendah (Dinkes Provinsi Kalbar, 2020). Selanjutanya, perubahan sistem pendidikan dan penggunaan media pembelajaran tidak dapat dihindarkan dan harus terus berlanjut, dari luring menjadi daring, dari sedikit menggunaan media menjadi hypermedia dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi.
Sementara itu, transformasi yang masif menyebabkan
timbulnya penafsiran dalam distingsi budaya dari aktivitas literasi yang
dilakukan oleh para pembelajar. Ditambah lagi, waktu mereka bersama teknologi,
secara kuantitas akan semakin meningkat. Aktivitas literasi yang mendayagunakan
kemampuan membaca dan menulis serta berfikir dan berimajinasi akan terus-menerus
dilakukan secara daring. Secara langsung hal ini berimplikasi pada ketercapaian
revolusi industri keempat. Tidak akan ada batas ruang dan waktu. Budaya dari
berbagai belahan dunia pun akan mudah diakses oleh para pembelajar.
Munculnya kekhawatiran karena adanya disrupsi yang
masif menyebabkan peluang lunturnya nilai-nilai kemanusiaan dan sosial pada
para pembelajar yang sebenarnya sudah dirasakan sebelum masa pandemi
berlangsung. Hal ini ditandai dengan meningkatnya penyakit iri dengki
(Hadiarni, 2017), hoax (Prasetyo & Trisyanti, 2018), body-shamming
(Rachmah & Baharuddin, 2019), bullying (Hidajat et al., 2015), lebih
merasa nyaman dan erat jika berkomunikasi lewat dunia maya dari pada secara
langsung (Prasetyo & Trisyanti, 2018). Di samping itu, rasa ketertarikan
terhadap kearifan lokal daerahnya sedikit demi sedikit berkurang karena ada
kecenderungan paradigma bahwa yang berasal dari luar negeri adalah yang terbaik
(Olin, 2020). Mungkin hal ini disebabkan oleh sumber literasi dari luar lebih menarik,
lebih variatif, dan lebih mudah didapatkan. Padahal, jika disadari, di dalam
kearifan lokal masing-masing juga tersimpan kekhasan budaya Borneo yang menjunjung
tinggi adab dan kesopanan. Inilah yang menjadi karakter bangsa seharusnya
diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Literasi Budaya dan Kewarganegaraan (LBK) adalah
keterampilan bersikap yang mengakui dan mencintai kebudayaan nasional sebagai
identitas bangsa dan memahami posisi diri sebagai warga Negara, baik dalam
menuntut hak maupun melaksanakan kewajiban (Kemendikbud RI, 2017). Dengan pemahaman
ini, Kalimantan Barat juga memiliki beragam suku, budaya, dan agama, dan dengan
pertimbangan argumentasi yang rasional, penulis bermaksud memaparkan pentingnya
dan upaya nyata yang telah dilakukan oleh akademisi dalam mendukung LBK untuk
para pembelajar dalam Pendidikan Kearifan Lokal (PK-L) Kalimantan Barat di era
pandemi. Pemaparan ini menjadi sangat penting dengan kenyataan bahwa literasi
ini merupakan inti dari sikap berbangsa dan bernegara yang berasaskan Pancasila.
B. Isi
Usaha inventarisasi dan penggalian informasi ini
dilakukan dengan berpusat pada institusi pendidikan Islam pertama di Kalimantan
Barat, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. IAIN Pontianak
berdiri dalam bentuk awal sebagai Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pontianak
atas Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 pada tanggal 16 Agustus 2013 M/28
Ramadhan 1434 H. IAIN Pontianak mempunyai visi yaitu “Ulung dan terbuka dalam
kajian dan riset keilmuan, keislaman, serta kebudayaan Borneo” (Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia No.51 tahun 2015 Bab I Pasal 3). Visi ini sangat selaras dalam mendukung LBK dalam PK-L
Kalimantan Barat. Ada dua hal penting yang akan disampaikan di sini.
1. Pentingnya
LBK dalam PK-L Kalimantan Barat di Era Pandemi
Hasil pencarian kata kunci ‘kearifan lokal’;
‘kalimantan barat’; ‘local wisdom’; ‘west borneo’; ‘west
Kalimantan’ pada dua halaman website pencarian literatur pada
tanggal 12 November 2020, seperti Google Scholar dan Garuda ditemukan
bahwa terdapat 547 judul buku atau artikel yang terpublikasi pada tahun 2020 di
mana pada tahun tersebut adalah periode berlangsungnya pandemi Covid-19. Hal
ini dapat diartikan bahwa peminat kearifan lokal Kalimantan Barat cukup banyak yang
berkontribusi membesarkan kearifan lokal di tengah keterbatasan. Kondisi pandemi
tidak menghalangi para akademisi untuk terus berkarya.
Beberapa penelitian yang menyebutkan pentingnya eksistensi
PK-L dapat ditelusuri dari hasil karya penelitian dosen IAIN Pontianak berikut
ini.
a. Rahmiani
et al. (2018) menyatakan bahwa mengembangkan bahan ajar pelengkap Bahasa
Inggris berbasiskan local content pada suku Melayu Kalimantan Barat
merupakan salah satu kontribusi nyata dalam menjaga dan melestarikan budaya.
Para pembelajar akan merasakan pengalaman belajar yang berbeda yaitu dengan
menggunakan bahasa Inggris dengan konten lokal yang mudah dipahami.
b. Zaenuddin
et al. (2019) menyatakan bahwa kearifan lokal dipelajari oleh masyarakat muslim
pedesaan agar tercipta hubungan yang harmonis di antara penduduk pedesaan dan
pedalaman di wilayah Kalimantan Barat. Pemahaman tentang moderasi Islam perlu
bersinergis dengan pemahaman kearifan lokal bagi Muslim yang hidup dalam
lingkungan yang beragam.
c. Darmadi
(2020) menyatakan bahwa eksistensi kearifan lokal di dalam komunitas suku
Melayu Buyan terutama dalam hukum adat setempat terkandung ajaran Islam yang
komprehensif. Ajaran tentang kebijaksanaan dan kemuliaan ajaran Islam masih
diterapkan dengan baik dan harus diketahui dan dipraktekkan oleh generasi muda
sebagai penerus khasanah budaya lokal.
Masih banyak penelitian dosen IAIN Pontianak yang
berfokus pada pendidikan karakter dan kearifan lokal yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu. Intinya, saat ini, di tengah pandemi Covid-19 kita perlu
semakin gencar berkontribusi dalam mempromosikan the best values pada
kearifan lokal Kalimantan Barat melalui karya literasi. IAIN Pontianak telah
membuktikan bahwa visi yang sangat selaras
dengan LBK dalam PK-L Kalimantan Barat dibutuhkan oleh dunia pendidikan.
2. Upaya
Nyata dalam Mendukung LBK dalam PK-L Kalimantan Barat di Era Pandemi
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari IAIN
Pontianak perlu adanya usaha dan kerja keras. IAIN Pontianak telah mewujudkan
upaya nyata untuk mendukung LBK dalam PK-L Kalimantan Barat melalui Tri Dharma
Perguruan Tinggi, khususnya di era pandemi ini meliputi unsur pendidikan dan
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Banyak karya-karya dosen IAIN Pontianak yang mengangkat tema Islam dan budaya lokal Kalimantan Barat yang mana sangat relevan dengan visi IAIN Pontianak yang mendukung LBK. Di antara yang lainya, tulisan yang berjudul “Nilai-Nilai Inti (Core Value) Masyarakat Islam di Meruhum Pulau Lemukutan” (Muttaqin, 2014), dan “The Concept of Tawheed of Buginese People in the Ancient Manuscript Lontara Attorioloang Ri Wajo of West Kalimantan” (Patmawati & Wahida, 2018) telah diterbitkan secara daring dan dapat dibaca oleh khalayak luas. Tidak hanya sampai di sini, para dosen juga ternyata mengintegrasikan hasil penelitiannya ke dalam Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Ada asas kebermanfaatan hasil penelitian terhadap output pembelajaran. Mahasiswa juga mendapatkan pengalaman belajar langsung dari karya dosennya sendiri dan mereka dapat menggunakan karya dosen sebagai sumber referensi untuk tugas akhir.
Sumber: LP2M IAIN Pontianak (2020)
Dosen-dosen yang
aktif meneliti kearifan lokal Kalimantan Barat telah membuktikan bahwa mereka dapat
berkarya walaupun pada masa pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan dilaunchingnya
banyak buku hasil karya dosen bersama mahasiswa dari hasil kegiatan Kampung
Riset 2019 yang diselenggarakan oleh LP2M IAIN Pontianak di pertengahan tahun
2020. Tahun ini pula (tahun 2020), Kampung Riset telah dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Kubu Raya yang didesain secara sistematis mulai dari perencanaan
hingga pelaporan. Output dari kegiatan ini adalah artikel ilmiah dan
buku yang tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, namun dengan tema,
lokasi, dan budaya yang berbeda. Salah satu lokasi yang menjadi tujuan Kampung
Riset adalah desa Jangkang yang menyimpan kearifan lokal penduduk yang mandiri,
berkembang, yang menjunjung tinggi gotong royong dan persatuan (LP2M IAIN
Pontianak, 2020).
Di samping itu, dalam rangka mengembangkan minat dan
bakat mahasiswa, IAIN Pontianak memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mahasiswa aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ada dua komunitas yang saya
jadikan contoh mewakili komunitas lainya. Pertama adalah komunitas menulis
mahasiswa IAIN Pontianak yang bernama “Club Menulis”. Para anggota sangat
produktif menghasilkan karya local wisdom Kalimantan Barat. Kedua adalah
komunitas bahasa Inggris mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah IAIN Pontianak (The
King of HES). Komunitas ini bertujuan untuk berbagi ilmu dan untuk menghasilkan
produk berbahasa Inggris yang relevan dengan visi misi IAIN Pontianak dan
program studi. Beberapa foto berikut adalah karya literasi komunitas yang
bernuansa kearifan lokal Kalimantan Barat yang ditampilkan selama masa pandemi pada
halaman Instagram @the_king_of_hes.
Akhirnya, tulisan ini telah menunjukkan bahwa komunitas-kamunitas literasi berbasiskan kampus IAIN Pontianak tersebut telah menjadi bukti nyata bahwa masa pandemi ini pada satu sisi memang berdampak negatif, tetapi pada sisi yang lain mampu memberikan kontribusi positif dalam aspek literasi.
Sumber: Instagram @the_king_of_hes (2020)
C.
PENUTUP
Kebutuhan LBK dalam PK-L terbukti menyatu dalam
wujud kecintaan terhadap tanah air dengan menjunjung nilai-nilai luhur budaya
bangsa agar tetap terpatri dalam diri sebagai seorang warga Negara Indonesia.
Hal ini menjadi sebuah benteng pertahanan terhadap peluang
lunturnya nilai-nilai sosial kemanusiaan pada karakter pembelajar akibat disrupsi teknologi di masa pandemi.
Tidak benar jika dikatakan bahwa pandemi ini hanya menjadi momok buruk bagi
kemanusiaan dan kebudayaan, namun justru manusia diingatkan akan peningnya
kedua aspek tersebut dalam kehidupan ini.
Saat ini bukan saatnya lagi berbicara retorika
tentang segala sesuatu yang menyangkut kemaslahatan manusia. Perlu upaya nyata
yang harus dilakukan akademisi dalam rangka mendukung LBK dalam PK-L Kalimantan
Barat. IAIN Pontianak telah menunjukkan usaha konkritnya untuk merealisasikan
visi institusi. Dengan berbagai aktivitas positif menyangkut
unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi, IAIN Pontianak berhasil menunjukkan keunikan
Islam Kalimantan Barat melalui kajian dan riset yang mendukung pelestarian
budaya Kalimantan Barat.
D.
Daftar
Resensi
1.
AzorÃn,
C. (2020). Beyond COVID-19 supernova. Is another education coming? Journal
of Professional Capital and Community.
2.
Darmadi,
D. (2020, August). PENERAPAN HUKUM ADAT UNTUK MENCIPTAKAN HARMONI SOSIAL:
PENDEKATAN PENDIDIKAN ISLAMPADA ORANG MELAYU BUYAN. In ICRHD: Journal
of Internantional Conference on Religion, Humanity and Development (Vol.
1, No. 1, pp. 237-258).
3. Dinkes
Provinsi Kalbar (2020). https://dinkes.kalbarprov.go.id/covid-19/
4. Hadiarni, H. (2017). PSIKOPATOLOGI AKIBAT
KECANDUAN MEDIA SOSIAL DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAMI SEBAGAI ALTERNATIF
SOLUSI. PROCEEDING IAIN Batusangkar, 1(1), 341-356.
5.
Hidajat,
M., Adam, A. R., Danaparamita, M., & Suhendrik, S. (2015). Dampak Media
Sosial dalam Cyber Bullying. ComTech: Computer, Mathematics and
Engineering Applications, 6(1), 72-81.
6.
Kemendikbud RI. (2017). Materi pendukung
literasi budaya dan kewargaan: Gerakan literasi nasional. http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/literasi-BUDAYA-DAN-KEWARGAAN.pdf
7.
LP2M
IAIN Pontianak (2020). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. https://lp2m.iainptk.ac.id/
8.
Muttaqin,
I. (2014). Nilai-Nilai Inti (Core Value) Masyarakat Islam di Meruhum Pulau
Lemukutan. Jurnal Khatulistiwa, 4(2).
9. Olin,
C.Y. (2019). Alasan Generasi Muda Menyukai Budaya Asing daripada Budayanya
Sendiri. https://www.kompasiana.com/charlesolin/5eec8c45097f3617452a8232/alasan-generasi-muda-lebih-menyukai-budaya-asing-dari-pada-budaya-nya-sendiri?page=2
10. Patmawati, P., & Wahida, B. (2018). The
Concept of Tawheed of Buginese People in the Ancient Manuscript Lontara
Attorioloang Ri Wajo of West Kalimantan. Al-Albab, 7(2),
177-186.
11. Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia No.51 tahun 2015 Bab I Pasal 3.
12. Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018).
Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Perubahan Sosial. IPTEK Journal of
Proceedings Series, (5), 22-27.
13. Prasojo, Z. H., Elmansyah, E., & Masri, M.
S. H. (2019). Moderate Islam and the social construction of multi-ethnic
communities in the hinterland of West Kalimantan. Indonesian Journal of
Islam and Muslim Societies, 9(2), 217-239.
14. Rachmah, E., & Baharuddin, F. (2019).
Faktor Pembentuk Perilaku Body Shaming Di Media Sosial. In Prosiding
Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Sosial (pp. 66-73).
15. Rahmiani, N., Salam, U., & Supardi, I.
(2018). Developing a Supplementary Material of Malay Tourism for Vocational
Students in Pontianak West Kalimantan. Script Journal: Journal of
Linguistic and English Teaching, 3(2), 127.