KALBARNEWS.CO.ID (SAMBAS) - Menteri Keuangan Sri Mulyani secara resmi mengumumkan Indonesia memasuki zona resesi. Ini dibuktikan dari proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 yang diprediksi minus 2,9 persen atau minus 1,0 persen.
“Negatif
teritori ini akan terus berlangsung hingga kuartal keempat,” ungkap Sri dalam
konferensi pers terkait APBN Kita secara virtual selasa (22/9/2020).
Krisis
ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan turut mempengaruhi
pertumbuhan investasi dan ekspor komoditi. Tercatat di sektor investasi
mengalami penurunan minus 8,5 – 6,6 persen, sementara di sektor ekspor menurun
lebih tajam diangka minus 13,6 – 8,7 persen.
Meski
demikian, ditengah kabar buruk secara nasional, pengusaha di Sambas, Kalimantan
Barat, justru seakan mendapatkan durian runtuh. Pasalnya, harga komoditi karet
sebelum virus corona melanda dunia Rp5000 per kilonya kini naik menjadi
Rp10.000 per kilonya untuk kualitas nomor satu. Salah seorang diantara pedagang
yang merasakan dampaknya adalah Herdi (47).
“Sekarang
kita mengambil karet dari petani dihargai 10 ribu rupiah perkilonya, dan kita
jual kembali ke penampung yang lebih besar dengan harga 11 ribu”, tuturnya.
Diharapkan
harga karet akan terus stabil bahkan semakin meninggi kedepannya, mengingat
kondisi perekonomian kalangan bawah sulit diprediksi. Selain karena efek
Covid-19, mutu karet yang relatif rendah, rantai pasar panjang dari petani
sampai ke pabrik dapat dikatakan sangat panjang, sehingga memangkas harga cukup
besar bagi mereka.
Dengan
meningkatnya harga karet ini, keluhan salah seorang petani karet di Sambas,
Dartinjo yang menyatakan paling tinggi biasanya petani mendapatkan harga Rp8000
rupiah saja, mendapatkan angin segar sembari mengunggu kabar resesi ekonomi
kuartal keempat (dyp).
Editor : Aan