Sekadau
(Kalbarnews.co.id) - Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Kabupaten
Sekadau menggelar kegiatan Dialog Interaktif yang disiarkan langsung oleh Radio
Dermaga Sekadau, Jumat (27/3/2020).
Kegiatan
diselenggarakan bekerjasama dengan Forum Peduli Ibu Pertiwi (FPIP) dengan
mengangkat tema Literasi Digital cegah Paham Radikalisme dan Terorisme
dikalangan Pemuda.
Pemateri
pertama yang memaparkan materi dialog adalah Kajari Sekadau, Andri Irawan yang
menyampaikan dari segi hukum penanganan radikalisme dan terorisme berdasarkan
UU No 15 Tahun 2003. Dari itu benang merah yang dapat diambil adalah radikalisme
adalah suatu paham dan terorisme adalah perbuatan.
Strategi
pemerintah dalam mencegah radikalisme ada 2. Pertama yaitu kontra radikalisasi
dan kedua deredikalisasi.
"Dalam
era digital seperti ini, anak-anak muda harus lebih cerdas dari smartphone nya.
Jadikan informasi yang ada dimedia sosial sebagai bahan pembelajaran,"
ujarnya.
Kabid
Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, Ketahanan Eksosbud, Yans Oscar Yoma Putra
mengatakan bahwa selama ini pemerintah melalui Badan Kesbangpol Sekadau terus
dan berkelanjutan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait upaya
pencegahan paham maupun tindakan Radikalisme dan Terorisme yang membahayakan.
"Jika
didaerah, Pemda sangat diuntungkan dengan adanya kearifan lokal yang selalu
dijunjung tinggi oleh masyarakat sehingga paham radikal itu bisa
diminimalisir." tegasnya.
Kasat
Binmas Polres Sekadau IPTU Masdar mengatakan meski di Sekadau belum pernah
ditemukan kasus terorisme, namun pihaknya terus melakukan berbagai upaya
pencegahan salah satunya dengan aktif terjun ke masyarakat untuk melihat
langsung kondisi yang ada terutama dikalangan muda.
"Kita
selalu mendukung bersama tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas dan OKP
kepemudaan seperti GP Ansor dan Banser maupun IPNU IPPNU dalam memberantas
embrio radikalisme dan terorisme yang bisa saja muncul di Sekadau,"
ucapnya.
Sekretaris
KONI Sekadau, Hipolitus Aso menegaskan bahwa peran pemuda sangat penting untuk
mencegah radikalisme dan terorisme karena jika dilihat dari beberapa kasus
menyasar kepada para pemuda sebagai target.
"Radik
itu akal dan setiap orang harus radikal. Pertanyaannya, pada konteks apa kita
menempatkan posisi radikal itu. apakah untuk kebaikan atau keburukan,"
tuturnya.
Sementara
itu Ketua PCNU Sekadau sekaligus anggota komisi fatwa MUI Sekadau, Kyai Tohidin
mengatakan bahwa radikalisme tidak terkait dengan agama apapun apalagi
menjustifikasi kepada agama tertentu.
Namun
ia membenarkan bahwa tafsir dari ajaran suatu agama menjadi salah satu bahan
orang untuk berbuat radikal bisa saja terjadi karena pemahaman yang tidak
tuntas bahkan cenderung hanya tekstualis.
"Ditengah
wabah Covid-19 yang telah banyak menghabiskan energi, kita juga perlu
mengingatkan terutama kepada pada pemuda untuk tetap menjaga pilar-pilar
kebangsaan ditengah dan pada kondisi apapun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara," pungkasnya.
Pada
akhir kegiatan yang dimoderatori oleh Bagus Fitrianto, semua pemateri sepakat
bahwa radikalisme dan terorisme adalah musuh bersama yang harus diperangi oleh
siapapun.
Ketua
Panitia Akhmad Adi juga mengingatkan bahwa ditengah wabah covid ini jangan
sampai kita melupakan tentang isu radikalisme dan terorisme, Adi juga mengatakan bahwa menurut penelitian
BNPT kelompok muda dan kaum perempuan termasuk kelompok rentan yang masih mudah
terpapar paham radikal terorisme.
Selain
itu juga dihimbau kepada masyarakat Sekadau ditengah wabah Covid-19 untuk
mematuhi anjuran pemerintah terutama mengurangi aktivitas diluar rumah, menjaga
pola hidup sehat dan tidak panik agar Covid-19 bisa ditanggulangi.
(Raden/Maulida)
Editor
: Heri K