Kubu
Raya (Kalbarnews.co.id) – Ketua
Dekranasda Kabupaten Kubu Raya, Rosalina Muda, kian giat mengampanyekan
pembuatan besek. Menurutnya, sudah saatnya masyarakat beralih dari menggunakan
kantong plastik dan wadah tidak terurai lainnya ke besek. Karena itu, dirinya
meminta ibu-ibu mulai aktif membuat besek. Besek adalah tempat berbentuk segi
empat yang umumnya terbuat dari anyaman bambu. Kerap digunakan untuk menyimpan
makanan. Belakangan dikenal sebagai wadah menaruh daging kurban, menggantikan
plastik yang dinilai tidak sehat.
“Sekarang
ini kami menggalakkan bagaimana caranya setiap agenda kita tidak menggunakan
bungkus snack dan makanan dengan styrofoam atau kotak lagi,” tutur Rosalina di
Sungai Raya.
Ia
mengungkapkan, selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Kabupaten Kubu Raya, dirinya selalu mendorong kaum ibu untuk mampu membuat
besek. Dengan bahan serat alam seperti pandan berduri, bambu, daun nipah,
kelapa, dan sebagainya. Jika produksi besek masyarakat mulai masif, maka itu
dapat dijual ke Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
“Jadi
setiap ada agenda di desa atau kecamatan, kateringnya diminta supaya tidak
memakai kotak atau styrofoam lagi. Tapi menggunakan besek. Begitu juga SKPD,
kalau ada agenda kegiatan kateringnya boleh kemana saja tapi kami imbau tidak
memakai kotak lagi melainkan besek,” tuturnya.
Ia
menerangkan, masifnya pembuatan dan penjualan besek akan menjadi tambahan
pendapatan bagi warga. Dirinya menjelaskan, selain manfaat ekonomi, besek
merupakan pengganti dari penggunaan plastik dan styrofoam. Di mana kedua bahan
yang umum digunakan itu merupakan zat yang tidak dapat terurai. Sehingga
berdampak negatif bagi lingkungan.
“Karena
kalau kita menggunakan styrofoam, itu limbah yang tidak bisa terurai,” ujarnya.
Rosalina
mengungkapkan, program pembuatan besek juga menjadi salah satu upaya
pelestarian alam. Dirinya menuturkan, botol plastik butuh waktu hingga 450
tahun untuk terurai. Sementara kantong plastik belanja perlu 100 tahun baru
habis. Adapun kertas 4 minggu dan kardus 6 bulan baru hancur termakan alam.
“Kalau
kita pakai kotak, bayangkan berapa banyak pohon yang ditebang hanya untuk bikin
kotak yang ternyata sekali pakai langsung dibuang. Pohonnya hidup selama
puluhan tahun kemudian ditebang untuk bikin kotak sekali pakai. Betapa
sayangnya,” ucapnya.
Lebih
jauh Rosalina mengajak semua pihak untuk peduli dengan lingkungan. Salah
satunya dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan plastik.
“Jadi
mulai sekarang kita berikan contoh kepada anak-anak kita. Bagaimana mencintai
alam dengan cara mengurangi bahan plastik yang akibatnya sangat tidak baik bagi
alam dan masa depan manusia,” pungkasnya. (tim liputan)
Editor
: Aan