Pontianak
(Kalbarnews.co.id) - Sekilas tak ada yang istimewa dari tanaman
kratom. Daunnya hijau muda berkelir merah. Tinggi pohonnya mencapai dua meter.
Kratom masih keluarga kopi, termasuk tanaman tropis endemik yang cuma bisa
ditemukan di Aceh, Kalimantan, Malaysia, Filipina, Thailand, serta Papua Nugini.
Daun kratom yang nama latinnya Mitragyna speciosa (dari keluarga Rubiaceae),
dikenal juga di Indonesia dengan nama daun purik atau ketum, dan telah lama
digunakan sebagai obat herbal penghilang rasa sakit; bisa dimakan mentah,
diseduh seperti teh, atau diubah menjadi kapsul, tablet, bubuk, dan cairan.
Daun
kratom mungkin masih awam bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun
ekspor tanaman ini dalam bentuk daun yang dikeringkan ternyata sudah mendunia
terutama di provinsi Kalimantan Barat. Daun kratom diyakini punya khasiat dan
manfaat mengobati kecanduan opium hingga kecemasan. Sekitar 90
persen ekspor dari Kalimantan Barat adalah daun kratom yang dijual lagi di
Amerika. Kebanyakan pengguna daun kratom mencari tanaman tersebut melalui media
sosial daring seperti Facebook, Instagram, dan Alibaba.
Belum ada
informasi pasti yang menunjukkan kapan kratom mulai dikonsumsi. Tapi manfaatnya
sudah banyak dikenal orang sejak dulu. Daunnya bisa langsung dikunyah. Atau
jika mau, ditumbuk hingga halus dan diseduh mirip teh. Rasanya satu-satunya hal
yang buruk dari kratom. Pahit bukan kepalang. Kratom, pendek kata, adalah daun
ajaib. Ia konon punya efek menenangkan sekaligus pengurang rasa sakit.
Khasiatnya dikenal sebagai obat herbal buat kelelahan, insomnia, dan
anti-inflamasi. Konon katanya, kratom bisa membantu mengurangi kecanduan
narkoba.
Apa
efek daun kratom ?
Mengunyah daun kratom biasanya
dilakukan untuk menghasilkan energi seperti saat mengonsumsi kafein, atau
sebagai obat tradisional untuk penyakit, mulai dari diare sampai rasa sakit
pada tubuh. Dalam dosis rendah, kratom dapat memberikan efek stimulan. Kratom dapat
membuat seseorang merasa memiliki lebih banyak energi, lebih waspada, dan lebih
bahagia. Bahan aktif utama kratom adalah alkaloid mitraginin dan
7-hydroxymitragynine yang telah terbukti dapat memberikan efek analgesik,
anti-inflamasi, atau pelemas otot; sehingga kratom sering digunakan untuk
meredakan gejala fibromyalgia.
Namun,
jika kratom digunakan dalam dosis tinggi (sekitar 10 hingga 25 gram atau
lebih), kratom dapat memberikan efek sedatif seperti narkotika.
Bahkan Drug Enforcement Administration (DEA) mengatakan bahwa konsumsi kratom
berlebih dapat menyebabkan gejala psikotik dan kecanduan psikologis.
Indonesia
saat ini melarang penggunaan daun kratom untuk konsumsi lokal, sama seperti
Malaysia dan Thailand. Namun ketiga negara tersebut membolehkan ekspor dalam bentuk
yang belum diolah. Pusat pertanaman daun kratom terletak di Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat yang petaninya bisa mengekspor hingga 30 ton per bulan.
Besarnya permintaan daun kratom telah menyebabkan petani lokal beralih dari
menanam karet dan kelapa sawit.
satu
tahun terakhir, terlepas dari manfaatnya yang kesohor, kratom jadi perdebatan
nyaris tak berujung. Di satu sisi, kratom adalah sandaran hidup bagi puluhan
ribu petani di beberapa provinsi khususnya Kalimantan Barat. Saat harga karet
dan sawit turun, para petani itu berbondong-bondong berganti menanam kratom.
Harga sekilo kratom lumayan mahal, satu kilonya mencapai Rp500 ribu.
Kontroversi
kratom timbul karena efek samping yang dapat ditimbulkannya. Di Indonesia,
kratom telah dimasukkan ke dalam daftar New Psychoactive Substances (NPS) oleh
Laboratorium Badan Narkotika Nasional (BNN). Hanya saja, kratom belum
dicantumkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 tahun 2014. Kratom
dianggap dapat memberikan dampak seperti opiat dan kokain. Dan meskipun telah
dimasukkan ke dalam NSP, peredaran kratom belum diatur oleh undang-undang,
sehingga legalitasnya pun masih dipertanyakan. Bahkan hingga saat ini, masih
banyak pro kontra mengenai kratom, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Sejauh
ini belum ada laporan atas kasus kematian karena kratom di Indonesia. Tapi yang
jelas, kratom telah mampu menghidupi puluhan ribu petani di Kabupaten Kapuas Hulu sebagai
salah satu daerah penghasil kratom terbesar di Kalimantan Barat. Disaat harga
karet tak kunjung pasti untuk menghidupi masyarakat kelas bawah, maka kratom
menawarkan peluang untuk menaikan taraf hidup dan melepas belenggu kemiskinan.
Penulis: Edo Patrio (Mahasiswa Program
Magister Ilmu Sosial)