Kertua DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadilah saat berada di Pontianak |
Pontianak
(Kalbarnews.co.id) - Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) siap membantu percepatan terwujudnya desa
mandiri. Mewujudkan percepatan itu, PPNI bakal berkontribusi konkret memenuhi
salah satu indikator desa mandiri pada dimensi kesehatan, yaitu penempatan satu
tenaga perawat di tiap Desa.
Ketua
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif
Fadhillah mengatakan bahwa pihaknya tengah serius mengembangkan proyek
percontohan satu desa satu perawat, sebagai upaya membantu percepatan terwujudnya
desa mandiri. Proyek yang mereka namai One Village One Ners (OVON) itu saat ini
sedang dikembangkan di enam daerah di Lampung dan Sulawesi Tenggara dengan
rata-rata delapan puluh orang perawat di masing-masing kabupaten/kota.
"Sudah
ada pilot project yang sudah berjalan setahun lebih. Itu kami buat di enam
kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara dan Lampung. Program OVON ini atas
keprihatinan kita terhadap pelayanan kesehatan di desa karena tidak ada
fasilitas layanan kesehatan, kan. Karena, Puskesmas biasanya hanya ada di
kecamatan. Ada juga puskesmas pembantu (pustu) di tingkat desa, tetapi kan
tidak semua desa punya pustu," katanya.
Harif
mengklaim, program OVON ini disambut positif oleh Presiden Joko Widodo. PPNI
dikatakan dia juga tengah intens menjajaki komunikasi dengan sejumlah
kementerian teknis guna mendorong program OVON jadi program nasional.
Dirinya
lantas membeberkan alasan pentingnya OVON jadi program nasional. Menurut dia,
di samping membantu percepatan desa mandiri, program OVON juga diharapkan bisa
menyerap tenaga perawat yang tiap tahunnya mencapai angka 80 ribu hingga 100 ribu
orang.
"Perawat-perawat
yang ada di desa itu nantinya kami upayakan putra-putra daerah, supaya tidak
ada masalah seperti pulang kampung dan sebagainya. Harapannya jadi program
tingkat nasional," bebernya.
Gubernur
Kalimantan Barat Sutarmidji mendukung penuh program OVON yang diusulkan PPNI.
Menurut Midji, sapaan akrabnya, penempatan perawat di tiap desa akan sangat
membantu percepatan terwujudnya desa mandiri. Sebab kata dia, keberadaan
perawat minimal dapat menggantikan fungsi dokter yang jadi salah satu indikator
desa mandiri pada dimensi kesehatan.
"Dari
52 indikator itu, salah satu indikatornya adalah akses kesehatan. Kalau
misalnya dokter tidak ada, perawat bisa menggantikan fungsi itu. Sehingga kalau
menempatkan setiap desa dan jadi program pemerintah pusat, saya sangat
mendukung," imbuhnya.
"Di
situ kan indikatornya akses kesehatan, perawat itu bagian dari dunia kesehatan.
Dia bisa memberikan edukasi di posyandu dan di pusat-pusat layanan kesehatan
lain. Saya mendukung itu (OVON)," tandasnya. (na/tim liputan)
Editor
: Heri K