Bupati Kubu Raya mengapresiasi sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

Editor: Redaksi author photo


Kubu Raya (Kalbarnews.co.id) – Bupati Muda Mahendrawan menjadi inspektur upacara Peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-74 PGRI di Halaman Kantor Bupati Kubu Raya yang dihadiri Wakil Bupati Kubu Raya, Sujiwo, Sekretaris Daerah, Yusran Anizam, Anggota DPRD dan OPD Kabupaten Kubu Raya serta Pengurus serta Anggota PGRI Se-Kabupaten Kubu Raya, Senin (25/11/2019).

Dalam sambutanya Bupati mengapresiasi sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Anwar Makarim pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-74 PGRI, Menurutnya, sambutan yang tengah viral itu memang sangat menukik pada akar persoalan pendidikan di Indonesia selama ini.

Mulai dari banyaknya regulasi, beban tugas administratif guru, orientasi dan metode pendidikan, standar pendidikan, kebutuhan murid, hingga keterbatasan inovasi dalam pendidikan. Adapun Menteri Nadiem menginginkan sistem yang lebih membantu para guru mengembangkan potensi diri setiap siswa, tanpa harus dibebani aneka beban yang tidak relevan.

“Ini sebetulnya adalah metode pendekatan yang dilakukan juga oleh negara-negara maju yang indeks kebahagiaannya tinggi, seperti Finlandia, Swedia, Australia, dan lain-lain,” ujar Bupati.

Muda menyebut perubahan bukan hal mudah. Terlebih menyangkut sistem pendidikan di Indonesia yang sudah berjalan sekian lama. Namun gagasan yang disampaikan Menteri Nadiem, menurutnya, adalah keniscayaan. Mengingat tuntutan zaman yang kian tinggi. Sehingga dibutuhkan respons yang cepat pula.


“Saya mengapresiasi isi pidato Mendikbud secara prinsip. Karena mengajak kita untuk menyesuaikan diri dengan era. Saat ini sudah era cepat, era digital, era 5.0. Jadi kita memang tidak bisa terlalu lama kepada hal-hal yang terlalu lambat. Tapi bagaimana cepat dalam merespons dunia luar dan dunia kerja,” tuturnya menjelaskan.

Terlebih, lanjutnya, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2030 mendatang. Bonus demografi ialah keadaan di mana penduduk berusia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk yang berusia nonproduktif. Disebut sebagai bonus karena diharapkan generasi muda mampu mendapatkan pendidikan dan fasilitas yang layak guna meningkatkan kualitas diri.

“Bonus yang kalau tidak disiapkan dengan baik malah menjadi ancaman untuk beberapa tahun mendatang. Jadi titik berangkat gagasan ini sekarang memang sudah pas. Bukan berarti mengubah, melainkan melakukan suatu penyesuaian dengan zamannya,” terangnya.

Menindaklanjuti sambutan Menteri Nadiem, Muda mengajak seluruh guru mulai melaksanakan ide-ide segar tersebut. Karena, menurut dia, para guru memikul tanggung jawab bagi generasi dalam menghadapi Indonesia Emas pada 2045 dan bonus demografi pada 2030 mendatang.

”Mulai besok kita awali pelan-pelan dari perubahan kecil yang ada di kelas. Bagaimana guru mengajar dan mendidik dengan pola yang berbeda. Misalnya lebih banyak berdiskusi. Mungkin posisi kursi juga akan berubah. Tidak harus menghadap ke depan. Sehingga murid tidak hanya mendengar dan menghafal demi nilai,” ajaknya.

Menurut Muda, sambutan Menteri Nadiem menunjukkan arah kebijakan yang ingin mengejar solusi dari suatu problem. Yakni tentang ketertinggalan kualitas pendidikan, anak didik, dan generasi. Mengejar kualitas tersebut, ujarnya, dibutuhkan pendidikan yang mampu menciptakan siswa yang dapat berkarya dan berkolaborasi. Alih-alih sekadar menghafal.

“Nah, kualitas itulah bagaimana menciptakan mereka mampu berkolaborasi, anak didik mampu jadi pemimpin dan karakternya yang diutamakan. Makanya guru sekarang harus lebih inisiatif. Fieldtrip mengajak ke kebun, tanam padi, dan hal-hal yang bersifat praktis saja supaya bisa terbangun relasi sosial dengan lingkungannya. Praktik menjadi kata kuncinya. Praktik kemudian latihan,” terangnya. 

Muda menjelaskan, selain pendidikan kepemimpinan melalui kesempatan siswa belajar mengajar di kelas, juga penting melihat potensi, minat, dan kebutuhan siswa. Sehingga bisa dilakukan penguatan keterampilan dan langsung berhubungan dengan lapangan kerja.

“Setiap anak kan beda-beda bakat dan minatnya. Nah, di sini maksud dari ‘difokuskan’. Supaya anak ini benar-benar bisa digiring fokus untuk kemampuannya. Agar murid itu jangan banyak maunya tapi sedikit tahunya. Ke depan anak digiring untuk sesuai dengan kemampuan terbaiknya dan pada akhirnya dia akan ahli di bidangnya,” sebutnya. (ro/tim liputan)

Editor : Heri K

Share:
Komentar

Berita Terkini