KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) — Sorotan tajam terhadap lambannya operasional Pelabuhan Internasional Kijing kembali menguat. Kali ini, bukan hanya datang dari Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, tetapi juga dari Ketua Matahari Kalbar, Hendri Gunawan, yang sama-sama menilai Pelindo terlalu lama membiarkan aset raksasa itu tidur tanpa manfaat nyata bagi daerah.
Ketua Matahari Kalbar, Hendri Gunawan
Wagub Kalbar Krisantus dengan nada tegas, mempertanyakan alasan Pelindo tak kunjung memfungsikan Kijing secara optimal, padahal pelabuhan tersebut dibangun dengan anggaran negara yang sangat besar dan digadang-gadang menjadi pelabuhan paling strategis di Kalimantan.
“Kalau Pelindo lama-lama tidak memfungsikan Pelabuhan Kijing, ada apa? Itu tinggal pindahkan kren dari Dwikora, pindahkan ke sana,” geramnya, menegaskan kekecewaan terhadap minimnya langkah nyata.
Menurut Krisantus, lambannya pengoperasian Kijing telah menyebabkan kerugian ekonomi yang tidak main-main. Kalbar kehilangan potensi triliunan rupiah per tahun dari Dana Bagi Hasil (DBH) ekspor karena komoditas utama seperti sawit dan hasil tambang terpaksa keluar melalui Dumai (Riau) atau Tanjung Priok (DKI Jakarta). Alhasil, pendapatan ekspor itu tercatat sebagai milik provinsi lain.
“Kita sudah puluhan tahun rugi. DBH ekspor sawit dan tambang itu lepas. Tercatat sebagai hasil buminya dari Riau dan DKI Jakarta. Potensinya triliunan rupiah per tahun hilang begitu saja,” tegasnya.
Senada dengan Wagub, Ketua Matahari Kalbar, Hendri Gunawan, turut mendesak Pelindo agar segera mengoptimalkan Pelabuhan Kijing. Dalam keterangannya di Ballroom Hotel Mercure, Minggu (23/11/2025), Hendri menilai Kijing berpotensi menjadi motor ekonomi Kalbar, namun hingga kini hanya berfungsi sebagai “proyek megah tanpa denyut”.
“Kita tidak mau Pelabuhan Kijing seperti pepatah ayam bertelur, tapi sapi yang punya nama. Dibangun megah, tapi manfaatnya dinikmati daerah lain, bukan masyarakat Kalbar,” sindirnya tajam.
Hendri menegaskan bahwa investasi besar dan status Kijing sebagai salah satu pelabuhan modern di Indonesia seharusnya menjadikan pelabuhan ini episentrum logistik yang efisien — bukan simbol prestise yang kosong.
Ia juga menyoroti perlunya keberanian Pelindo dalam mempercepat operasional dan menguatkan ekosistem industri pendukungnya.
“Kalbar menunggu bukti, bukan janji. Jangan sampai potensi sebesar ini tidak membuahkan peningkatan ekonomi daerah,” tekannya.
Hendri juga meminta Pelindo lebih transparan mengenai roadmap pemanfaatan Pelabuhan Kijing, termasuk strategi menarik arus barang, investasi, dan efisiensi logistik. Menurutnya, sangat disayangkan jika fasilitas raksasa tersebut terus terbengkalai sementara hasil bumi Kalbar seperti kelapa sawit, bauksit, dan komoditas perkebunan lain justru “bocor” ke pelabuhan luar daerah. (Raf)
Editor : Aan