Suara Sejuk dari Tanjung Harapan: Tambang Rakyat Murni Inisiatif Bertahan Hidup

Editor: Redaksi author photo

Foto Ilustrasi penambangan emas
KALBARNEWS.CO.ID (KAPUAS HULU)  — Tokoh masyarakat Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Suhaid, Kapuas Hulu, Abok Yesy kecewa dengan beredarnya potongan video di media sosial yang menuding aktivitas tambang emas rakyat di desanya dibekingi oknum aparat. 


Narasi itu sempat viral. Nama inisial aparat pun disebut. Bahkan, lengkap dengan tuduhan adanya setoran rutin. Abok memastikan, semua itu tak benar. Fitnah tanpa dasar.


Akibat kabar keliru tersebut, warga kecil yang menggantungkan hidup pada tambang tradisional kini terseret opini liar. Seolah mereka bersekongkol dengan aparat untuk melakukan pelanggaran hukum.


Padahal, menurut Abok, tambang rakyat di Tanjung Harapan lahir dari desakan hidup, bukan arahan siapa pun.


“Kami tidak pernah berkoordinasi atau menerima perintah dari siapa pun. Ini murni inisiatif masyarakat,” ujarnya tegas.


Ia bercerita, tambang tradisional muncul karena tekanan ekonomi yang kian menyesakkan. Harga kebutuhan pokok naik. Lapangan kerja sempit. Pilihan makin terbatas.


“Orang tua tetap harus memberi makan anaknya. Menyekolahkan mereka. Menjaga dapur tetap berasap,” katanya lirih.


Tambang emas, bagi warga desa, bukan jalan mencari kaya. Hanya cara bertahan hidup. Karena itu, Abok berharap pemerintah hadir memberi jalan keluar, bukan sekadar menilai dari jauh.


“Inilah pekerjaan yang masih bisa menutupi kebutuhan. Kami tidak sedang melawan siapa pun. Kami hanya berusaha hidup,” ujarnya.


Abok menyayangkan narasi di media sosial yang menggiring opini seolah warga bekerja di bawah kendali pihak tertentu. Tuduhan semacam itu, katanya, bukan hanya keliru, tapi melukai hati masyarakat desa.


“Video yang beredar itu tidak benar. Kami tak pernah berhubungan dengan siapa pun di Sejiram. Tuduhan itu mencemarkan nama baik dan sangat merugikan kami,” tegasnya.


Ia mengingatkan, jangan sampai masyarakat dibenturkan dengan aparat lewat narasi yang tak jelas sumbernya.


“Kami menghormati hukum. Tapi kami juga berharap diberi solusi, bukan sekadar sorotan,” ujarnya lembut.


Tambang emas tanpa izin memang bukan hal baru di pedalaman Kalimantan Barat. Namun di balik label ilegal, tersimpan kisah manusia yang bertahan di tengah keterbatasan.


Mereka menggantungkan harapan pada butiran emas di tanah sendiri—bukan karena rakus, tapi karena tak punya pilihan lain.


Warga berharap, pemerintah tidak hanya menertibkan, tapi juga membina. Memberi ruang agar mereka bisa keluar dari lingkaran kemiskinan tanpa harus melanggar hukum.


Bagi rakyat kecil, legalitas bukan sekadar tanda tangan di atas kertas. Tapi tentang kesempatan. Tentang keadilan ekonomi.


“Kami tidak minta dibenarkan, hanya dimengerti. Karena perjuangan rakyat kecil seharusnya disikapi dengan hati, bukan amarah,” tutup Abok dengan nada damai. (Tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini