Waspada Kekeringan dan Hotspot! Akhir Juli 2025, Kalbar Didominasi Curah Hujan Rendah

Editor: Redaksi author photo

 Waspada Kekeringan dan Hotspot! Akhir Juli 2025, Kalbar Didominasi Curah Hujan Rendah
KALBARNEWS.CO.ID (KALBAR)  – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kalbar merilis peringatan dini terkait cuaca dan curah hujan di Kalimantan Barat pada Dasarian III atau periode 21–31 Juli 2025. Hasil analisis menunjukkan dominasi curah hujan rendah hingga menengah di hampir seluruh wilayah provinsi.


Dalam rilis per 20 Juli 2025, BMKG menyebutkan bahwa curah hujan rendah membuka potensi meningkatnya jumlah hotspot atau titik panas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Wilayah yang perlu waspada antara lain Sambas, Mempawah, Kubu Raya, dan Melawi.


Musim Kemarau Mulai Masuk Wilayah Kalbar
BMKG mencatat bahwa suhu muka laut di sekitar Kalbar saat ini lebih hangat dari normal, dan fenomena atmosfer seperti MJO (Madden-Julian Oscillation) sedang aktif pada fase 8 yang mendukung pembentukan awan. Namun, kondisi angin timuran dan nilai OLR (Outgoing Longwave Radiation) netral ke positif membuat potensi hujan tetap rendah.


Diperkirakan musim kemarau akan memasuki wilayah Kalbar pada Agustus dasarian II, terutama di wilayah Kayong Utara dan Kubu Raya bagian selatan.


Monitoring dan Prediksi Curah Hujan
Pada dasarian sebelumnya (11–20 Juli 2025), distribusi curah hujan di Kalbar umumnya rendah hingga menengah, dengan curah tertinggi tercatat di Jongkong, Kapuas Hulu (174 mm). Sifat hujan umumnya berada di bawah normal, dan sejumlah daerah mengalami hari tanpa hujan (HTH) hingga 10 hari seperti di Jawai (Sambas) dan Teluk Pakedai (Kubu Raya).


Sementara itu, prakiraan cuaca untuk dasarian III (21–31 Juli) menunjukkan bahwa curah hujan di bawah 50 mm berpeluang lebih dari 90 persen di hampir seluruh wilayah Kalbar. Bahkan, wilayah Sambas dan Melawi diprediksi mengalami curah hujan sangat rendah (<20 mm).


Dengan kondisi atmosfer saat ini, Kalbar berpotensi mengalami kekeringan lokal dan meningkatnya risiko karhutla. BMKG mengimbau agar masyarakat dan pemerintah daerah meningkatkan kesiapsiagaan, khususnya dalam deteksi dini serta pemadaman kebakaran hutan dan lahan.


Langkah edukasi dan mitigasi berbasis masyarakat sangat penting untuk mencegah bencana yang lebih besar di tengah musim kemarau 2025. (Tim Liputan)

Editor : Aan


Share:
Komentar

Berita Terkini