
Para peneliti dari Universitas Carolina Utara mempresentasikan pengembangan yang menggabungkan kemampuan robotika dan kecerdasan buatan. Pendekatan sebelumnya yang menunggu selesainya setiap reaksi kimia sebelum memulai eksperimen baru digantikan dengan apa yang disebut aliran dinamis.
Di dalam laboratorium semacam itu, campuran kimia terus berubah, dan sensor memantau perubahan tersebut secara real-time. "Daripada hanya satu titik data setelah 10 detik reaksi, kini kami memiliki 20 titik data setiap setengah detik. Ini seperti beralih dari satu foto ke video lengkap tentang perkembangan reaksi," jelas Profesor Milad Abolhasani, ketua tim peneliti.
Menurutnya, model tersebut memungkinkan pengumpulan data dalam volume yang lebih besar untuk membentuk gambaran detail tentang apa yang sedang terjadi. Berkat hal ini, sistem lebih cepat dalam mengidentifikasi material berpotensi tinggi untuk aplikasi di berbagai bidang seperti energi bersih, elektronik, dan proses kimia ramah lingkungan.
Algoritma pembelajaran mesin memainkan peran kunci dalam proses ini: mereka menganalisis data yang masuk dan menentukan kombinasi zat yang layak diuji lebih lanjut. Semakin banyak data yang diterima sistem, semakin cepat dan akurat prediksinya.
"Kita dapat mengidentifikasi kandidat material dalam beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan bukan beberapa tahun, seperti sebelum mengembangkan sistem ini. Pada saat yang sama, kita dapat mengurangi biaya dan dampak lingkungan. Pendekatan ini masih memiliki potensi yang lebih besar untuk dikembangkan lebih lanjut," pungkas Abolhasani. (Tim Liputan)
Editor : Aan