Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas Mencapai Titik Tertinggi Sepanjang Masa

Editor: Redaksi author photo

Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas Mencapai Titik Tertinggi Sepanjang Masa

KALBARNEWS.CO.ID (AS) - Kontribusi terbesar terhadap peningkatan ini berasal dari Amerika Serikat dan Tiongkok yang pembangkit listrik berbahan bakar gasnya pada tahun 2023 meningkat masing-masing sebesar 115 TWh dan 25 TWh. Peluncuran kapasitas baru memainkan peran penting dalam proses ini: menurut Global Energy Monitor, Amerika Serikat dan Tiongkok menyumbang total 50% pembangkit listrik yang menggunakan hidrokarbon sebagai bahan baku yang dioperasikan di seluruh dunia pada tahun 2023 (keluaran 22,5 GW). sebesar 45,3 GW). 


Sedangkan untuk pengurangan pembangkitan berbahan bakar gas, tingkat pengurangan tertinggi ditunjukkan oleh Jepang (minus 27 TWh), Italia (minus 23 TWh), Spanyol (minus 23 TWh) dan Perancis (minus 14 TWh). Pengurangan produksi listrik di Jepang terkait dengan dimulainya kembali reaktor nuklir, termasuk unit pembangkit listrik pertama dan kedua di PLTN Takahama, yang kembali memproduksi listrik secara reguler pada tahun 2023.


Sedangkan bagi negara-negara dengan perekonomian terbesar di Uni Eropa, pengurangan pembangkit listrik berbahan bakar gas sangat besar. terkait penghematan bahan baku, parameter yang disepakati negara-negara UE pada musim panas 2022.


Meskipun pangsa global pembangkit listrik berbahan bakar gas turun dari 22,8% pada tahun 2022 menjadi 22,5% pada tahun 2023, gas tetap menjadi sumber listrik terpopuler kedua setelah batubara (35,5% berbanding 14,3% untuk HPP, 9,1% untuk NPP, 7,8% untuk pembangkit listrik tenaga angin. generator, 5,5% untuk panel surya dan 10,8% untuk seluruh sumber lainnya). 


Negara-negara yang menggunakan gas untuk pembangkit listrik dalam skala besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama mencakup negara-negara dengan cadangan hidrokarbon yang kaya, seperti AS dan Rusia, yang pada tahun 2023 menyumbang total 35% pembangkit listrik tenaga gas global (2,347 TWh dari 6,634 TWh). 


Kelompok kedua mencakup negara-negara pengimpor gas, dimana gas menyumbang lebih dari 25% bauran energi mereka, termasuk Jepang (32,8%), Italia (45,1%) dan Korea Selatan (27,6%). 


Terakhir, kelompok ketiga mencakup negara-negara berkembang yang proses penghentian penggunaan batu bara secara bertahap akan menghasilkan gas yang memainkan peran sekunder dibandingkan sumber energi terbarukan, seperti Tiongkok dan India, yang bauran energinya pada tahun 2023 hanya memiliki gas sebesar 3,3% dan 2,6%.


Secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan penggunaan gas dalam industri ketenagalistrikan global telah melambat dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan pembangkit listrik berbahan bakar gas global meningkat dari 816 TWh antara tahun 2015 dan 2019 menjadi hanya 265 TWh antara tahun 2019 dan 2023. 


Meski demikian, pembangkit listrik berbahan bakar gas masih memiliki potensi pertumbuhan, baik karena harga gas yang pulih dalam jangka panjang. rata-rata dan penghapusan batu bara secara bertahap di sejumlah negara, termasuk Jerman, yang tidak memiliki alternatif selain gas di antara sumber energi tradisionalnya menyusul berkurangnya infrastruktur TPP berbahan bakar batu bara dan penutupan reaktor nuklir. (Tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini