Hoa Giang, Institut Genetika Medis HCMC, salah satu pendiri Gene Solutions.
Di lokakarya "Beyond the First-line Prenatal Screening" yang berlangsung di Singapura pada 15 Maret 2024, 70 spesialis obstetri dan ginekologi asal Vietnam, Indonesia, dan Filipina membahas patogenesis, beban klinis, dan bukti-bukti baru dalam prediksi Sindrom Kehamilan Berat (Severe Pregnancy Syndrome).
Dr. Anna Belen I. Alensuela, Board Member, Philippine Obstetrical and Gynecology Society, mengangkat studi yang mengungkap, lebih dari 15% ibu hamil mengalami sindrom obstetri berat sehingga menimbulkan dampak jangka pendek dan panjang yang merugikan sang ibu dan kandungan1. Sindrom-sindrom tersebut adalah dampak klinis (clinical endpoint) dari beberapa gangguan, termasuk deep placentation dysfunction.
"Menurut panduan klinis saat ini, pemeriksaan risiko
kelahiran prematur, pre-eclampsia, dan gestational diabetes biasanya
dilakukan pada tahap akhir kehamilan. Padahal, identifikasi pasien berisiko
tinggi pada trimester pertama meningkatkan penanganan kehamilan dalam model
perawatan kesehatan modern," — jelas Prof. Dr. Noroyono Wibowo, Head, Maternal
Fetal Medicine, University of Indonesia.
Associate Professor, Dr. Matthew Warren Kemp, dari National
University of Singapore, mempresentasikan data riset yang menunjukkan, biomarker pada
darah ibu hamil dapat menjadi model prediksi yang efektif untuk menentukan
risiko patologi dalam sindrom kehamilan berat, termasuk preeclampsia dan chorioamnionitis.
Hal ini berpotensi membuat kemajuan dalam deteksi dini seputar komplikasi
kehamilan sebelum presentasi klinis.
Mengulas sejumlah pertimbangan tersebut, Dr. Hoa dari HCMC
Medical Genetics Institute, Salah Satu Pendiri Gene Solutions,
membagikan data tahap awal multi-omic biomakers untuk deteksi
dini komplikasi kehamilan, serta meluncurkan program studi multi-center,
"Building and Evaluating an Early Prediction Model for Pregnancy
Complications: Pre-eclampsia, Preterm Birth, and Gestational Diabetes in
Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT)". Uji klinik dua tahap ini akan
berlangsung pada 2024 hingga 2026 di Asia Tenggara. Dengan demikian, uji
klinik ini menjadi dasar bagi NIPT generasi baru sebagai triage
screen dalam deteksi dini komplikasi kehamilan. (Tim Liputan)
Editor : Aan