Penggunaan CO2 Dapat Meningkatkan Efektivitas Penambangan Emas
KALBARNEWS.CO.ID (RUSIA) - Pasokan karbon dioksida dalam jumlah besar ke bioreaktor
dengan mikroorganisme yang mengoksidasi mineral sulfida meningkatkan
efektivitas ekstraksi emas pada suhu yang lebih tinggi. Kesimpulan tersebut
dibuat oleh para ilmuwan dari Pusat Penelitian Federal “Fundamentals of
Biotechnology” dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia setelah survei yang
diterbitkan dalam jurnal Biology.
Penemuan ini dapat memfasilitasi penambangan industri emas dari bijih sulfida, di mana endapan mineral digabungkan secara kimia dengan belerang.
Emas diekstraksi dari bijih sulfida dengan menggunakan mikroorganisme termoasidofil –archaea (mikroorganisme bersel tunggal tanpa inti) dan bakteri yang aktif dalam lingkungan sangat asam pada suhu 40-50 derajat Celcius.
Mikroorganisme ini mengoksidasi mineral sulfida yang menyebabkan mineral tersebut hancur dan melepaskan partikel emas yang terkandung di dalamnya. Namun, bagaimana penambahan karbon dalam jumlah berlebihan dapat mempengaruhi efektivitas oksidasi?
Untuk menjawab pertanyaan
ini, para ilmuwan dari Pusat Penelitian Federal “Fundamentals of Biotechnology”
dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia melakukan serangkaian percobaan yang
bermuara pada penambahan sejumlah besar karbon dioksida dan molase (sari tebu
yang dikeringkan), yaitu dua sumber karbon yang berbeda. , ke dalam bioreaktor
tempat dua mineral yang menampung emas – pirit dan pirit arsenik – dioksidasi.
Percobaan dilaksanakan pada suhu 40, 45 dan 50 derajat Celcius.
Ternyata hasil terbaik
diperoleh melalui penambahan CO2 dalam jumlah besar pada suhu 45 dan 50 derajat
Celsius, sedangkan pada suhu 40 derajat penggunaan kedua sumber karbon tersebut
praktis tidak meningkatkan kemampuan populasi mikroba dalam mengoksidasi
mineral. Menurut para ilmuwan, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa jumlah
mikroorganisme meningkat drastis akibat pengaruh karbon berlebih dan suhu
tinggi.
“Survei kami menunjukkan
bahwa tambahan pasokan karbon dioksida ke reaktor membantu meningkatkan
efektivitas bio-oksidasi mineral oleh komunitas mikroba dan pada saat yang sama
memungkinkan untuk mencegah penekanan bio-oksidasi pada suhu yang lebih tinggi,
yang merupakan a masalah khas reaktor industri,” Alexander Bulayev, Kandidat Ilmu
Biologi, salah satu penulis survei tersebut, seperti dikutip oleh Pusat
Penelitian Federal “Fundamentals of Biotechnology” dari Akademi Ilmu
Pengetahuan Rusia.
Komersialisasi hasil survei
dapat memperluas batas manfaat penggunaan CO2, yang saat ini bermuara pada
pendinginan reaktor, produksi daging, dan minuman berkarbonasi. (Tim Liputan)
Editor Aan