KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) -- GDS, perusahaan
terkemuka, serta pengembang dan pengelola pusat data berkinerja tinggi di Asia
yang memiliki beragam basis investor internasional, dan Indonesia Investment
Authority (INA), sovereign wealth fund Indonesia, bekerja sama
untuk mengembangkan dan memperluas industri pusat data di Indonesia. GDS dan INA Berkolaborasi Tanamkan Investasi dalam Platform Pusat Data
Kedua pihak menyadari potensi Indonesia sebagai pasar pusat data baru, serta memiliki visi bersama tentang peran penting pusat data sebagai tulang punggung transformasi digital Indonesia. (1 September 2023)
Kedua mitra ini akan mendirikan usaha patungan dengan kepemilikan saham sebagai entitas yang mengembangkan platform pusat data di Indonesia. Proyek pertama yang segera rampung adalah kompleks pusat data hyperscale di Nongsa Digital Park (NDP), Batam, yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK).
Menggunakan solusi Smart DC (Data Center) mutakhir GDS, serta
mengutamakan pemanfaatan sumber energi terbarukan di wilayah lokal, kompleks
pusat data di Batam tersebut berpotensi menjadi tolok ukur industri
di Indonesia.
Kemitraan GDS-INA terjalin pada momen penting, terutama ketika industri pusat data tengah berkembang pesat, didukung transformasi ekonomi digital Indonesia, teknologi IoT, transisi masif menuju komputasi awan (cloud computing), serta maraknya tingkat penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Menurut riset pasar, kapasitas pasar pusat data di Indonesia akan meningkat dari 514 MW pada 2023 menjadi 1,41GW pada 2029. Maka, Indonesia ingin menangkap peluang dari pesatnya permintaan atas layanan pusat data. Langkah ini bertujuan untuk menarik arus investasi dalam dan luar negeri yang mendukung ekonomi digital Indonesia.
William Huang, Chairman & CEO, GDS, berkata, "Indonesia cepat berkembang sebagai lokasi strategis yang memenuhi pesatnya kebutuhan klien atas layanan pusat data premium. Kami mendapat kehormatan untuk menjadi pengembang dan pengelola pusat data pertama yang berkolaborasi dengan INA.
Kolaborasi ini merupakan bentuk dukungan Indonesia terhadap visi internasional, keahlian GDS sebagai pemimpin pasar, serta pertumbuhan regional kami yang eksplosif.
GFS berkomitmen
menciptakan ekosistem yang bernilai tambah dan menggerakkan perkembangan
infrastruktur digital di Indonesia. Integrasi proyek pertama kami di Batam
dengan proyek-proyek sinergis di Singapura dan Johor, kami menciptakan
platform unik yang dirancang secara khusus untuk melayani ekonomi digital
di Indonesia dan Asia Tenggara. Kami ingin memperluas platform
ini di Indonesia lewat kemitraan yang terjalin dengan INA."
Ridha Wirakusumah, CEO, INA, berkata, Kemitraan yang terjalin dengan GDS lebih dari sekadar aliansi strategis—kemitraan ini mencerminkan potensi digital Indonesia yang dinamis.
Kami mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan mengambil langkah penting untuk mengembangkan infrastruktur digital. Penduduk Indonesia yang berusia muda dan melek internet turut membuktikan kesiapan dan potensi digital Indonesia.
Laju penetrasi
internet yang signifikan, didukung berbagai jenis platform digital,
menghadirkan peluang masif bagi kita. Menyadari pentingnya pembangunan pusat
data lokal, kolaborasi dengan GDS tidak hanya memperluas skala infrastruktur
digital, namun juga mendukung data onshoring dan meningkatkan
konektivitas data."
Kiprah Indonesia menuju masa depan digital diliputi dengan kesenjangan antara pesatnya tingkat permintaan digital, tecermin dari kenaikan arus data seluler tahunan sebesar 40-50% [1], serta infrastruktur data yang kurang memadai. Penyedia layanan pusat data terkemuka, seperti GDS, memahami potensi pasar Indonesia.
Apalagi, pertumbuhan pusat data di Indonesia memiliki
sentimen positif, didukung tingkat kebutuhan atas arus data yang lebih baik dan
cepat. Hal ini terlihat jelas dari kalangan perusahaan yang beralih menggunakan
penyedia pihak ketiga, serta pesatnya kebutuhan infrastruktur.
Menyadari kesenjangan yang terjadi di sektor digital, INA aktif mempermudah pergerakan arus investasi asing di seluruh Indonesia. INA juga mengambil pendekatan terarah untuk memperkuat daya saing Batam yang berpotensi menangkap tingkat permintaan yang berlebih dari Singapura. Strategi Singapura-Johor-Batam GDS sangat sesuai dengan pendekatan INA.
Lewat strategi ini, GDS akan mewujudkan
konektivitas berlatensi rendah pada pusat data yang saling terkoneksi
di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Maka, hal tersebut akan menciptakan
solusi layanan pusat data holistis yang melayani portofolio klien GDS, baik
klien lokal dan internasional. GDS pun siap mengandalkan keahlian teknis yang
luar biasa, serta membangun rekam jejak layanan demi memperkuat daya saing
Batam sebagai sentra pusat data di Indonesia.
Kemitraan ini merupakan investasi signifikan ketiga INA di sektor digital, salah satu dari empat sektor prioritasnya. INA, satu-satunya sovereign fund Indonesia, dilansir pada 2020 dengan dana $5 miliar dari pemerintah. Sebelumnya, INA berpartisipasi dalam pencatatan saham perdana (IPO) Mitratel, serta pemegang saham signifikan pada perusahaan pengelola menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Lebih lagi, berkolaborasi
dengan mitra-mitranya seperti BlackRock, Allianz Global Investors,
dan Orion Capital Asia, INA menyalurkan pendanaan bagi Traveloka,
platform pariwisata terkemuka di Asia Tenggara. Langkah strategis ini
mencerminkan komitmen besar INA untuk menggerakkan transformasi
digital Indonesia.
GDS dan
INA akan bekerja sama mengembangkan fasilitas pusat data terbaik di
seluruh Indonesia, mengatasi kebutuhan konsumsi digital yang terus
berkembang, serta meningkatkan sektor infrastruktur digital
di Indonesia dan wilayah lain.
GDS (NASDAQ: GDS; HKEX: 9698) GDS Holdings Limited (NASDAQ: GDS; HKEX: 9698) adalah perusahaan terkemuka yang mengembangkan dan mengelola pusat data berkinerja tinggi di Tiongkok dan Asia Tenggara. Fasilitas pusat data GDS memiliki lokasi strategis di pusat ekonomi utama.
Di lokasi-lokasi ini, layanan pusat data berkinerja tinggi sangat dibutuhkan. GDS berpengalaman selama 22 tahun dalam menyediakan layanan, serta sukses memenuhi kebutuhan beberapa klien dengan kebutuhan terbesar dan terkompleks untuk layanan pusat data alih daya (outsourced data center) di Tiongkok. GDS melayani lebih dari 840 klien sebagai penyedia layanan pusat data carrier-neutral yang terbesar.
Memiliki lebih dari 100 pusat data, GDS menawarkan layanan pusat data bagi
penyedia layanan komputasi awan (cloud) hyperscale, perusahaan
internet berskala besar, lembaga keuangan, operator telekomunikasi, penyedia
layanan TI, serta pelaku sektor swasta berskala besar, dan perusahaan
multinasional. Menyadari potensi pertumbuhan Asia, GDS mendirikan kantor pusat
internasional di Singapura pada 2021. Lewat langkah ini, GDS mengembangkan
strategi di Asia Tenggara untuk melayani klien dan berkontribusi
terhadap ekosistem ekonomi digital di wilayah tersebut.
Indonesia Investment Authority (INA ) adalah Indonesia Investment Authority adalah sovereign wealth fund Indonesia yang bertujuan meningkatkan investasi demi mendukung pembangunan berkelanjutan Indonesia. Di sisi lain, INA juga membangun kesejahteraan bagi generasi masa depan Indonesia.
INA menjalankan aktivitas investasi dan berkolaborasi dengan lembaga investasi terkemuka di dalam dan luar negeri, terutama di sektor-sektor yang memperkuat daya saing Indonesia, serta menghasilkan imbal hasil optimal yang disesuaikan dengan tingkat risiko. (Tim Liputan)
Editor : Aan