PCNU Kabupaten Sambas Gelar Konferensi Cabang Ke-V |
Tampak
hadir Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Barat DR. H.
Syarif, S.Ag. M.Ag., Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten
Sambas, Drs. H. Mujahidin, M.Si., Bupati Sambas, H. Satono. S.Sos.,
Ketua DPRD Sambas dan anggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat.
Saat diwawancarai awak
media, Tokoh kenamaan NU Kabupaten
Sambas, Drs. H. Mujahidin, M.Si., terkait pandangan sebagian masyarakat
terhadap Nahdlatul Ulama, terutama pasca konflik 1998-2000-an, menganggap
bahwa organisasi keagamaan tersebut identik dengan Suku-suku tertentu, seperti
Jawa dan Madura.
Pernyataan itu ditampik oleh
Ketua Tanfidziyah PCNU Sambas. Disebutkan NU tidak memandang suku apapun itu,
semuanya sama, tinggal bagaimana cara menghilangkan keraguan masyarakat. Lebih
lagi, secara kultural masyarakat Sambas sudah sangat kental dengan tradisi
maupun amaliyah keagamaan yang notabene tidak memiliki perbedaan dengan NU.
"Sebenarnye pola pikir iye
yang harus diubah. Kite tahu secare kultural NU ye sangat kantal di masyarakat. Dari sisi amaliyahnye pun same juak.
Tetapi, hanye saje dibidang struktural ye sangat minim untuk diakui
masyarakat," ungkap Mujahidin.
Artinya, terdapat pemahaman yang
mesti diubah mengenai dikotomisasi kesukuan itu tidaklah benar adanya, padahal
titik kesamaannya sangat banyak. Namun memang dalam konteks struktur
organisasi, NU belum terlalu dikenal kepemilikannya untuk seluruh suku bangsa
di NKRI bahkan dunia.
Jika membuka data, Sambas dapat
dikatakan sebagai kabupaten terbesar di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebab
memilik 19 Kecamatan, dan sekitar 80 persen populasi penduduk beragama Islam.
Tercatat pada tahun 2021, warga muslim se-kabupaten Sambas mencapai 563.778
jiwa.
"Masyarakat Sambas mayoritas
beragama Islam dan secara pribadi memang sudah masuk kedalam NU. Hanya saja
secara struktur masih belum banyak yang bergabung dalam NU, tentunya tidak
terlepas bicara soal Jam'iyah (organisasi), Pemikiran dan Amaliyah (tradisi).
Nah, dalam hal ini yang harus disosialisasikan kepada masyarakat kita,"
ujar Mujahidin.
"Harus diterangkan kepada
masyarakat setempat sehingga lebih mudah diajak dan tentunya menjadi satu
komando," lanjutnya.
Tak dimungkiri, fenomena
pemisahan kelompok menjadi salahsatu faktor penghambat suatu daerah untuk maju
dan berkembang. PR-nya kedepan tak lain ialah membangun narasi baru yang mampu
merangkul setiap elemen masyarakat.
"Mindset yang ditanamankan
sejak kecil hingga terbentuklah opini publik bahwa NU hanya berlaku bagi Suku
Jawa dan Madura, namun realita sesungguhnya jauh sekali. Dalam NU siapapun
boleh berkontribusi, tak terkecuali Suku Melayu Sambas", tutup Tokoh yang
juga kerap menjadi Imam di Masjid Babul Jannah.
Secara terpisah, Kasat Korcab
Banser Kabupaten Sambas, Muhajir menitipkan harapan kedepan untuk segenap
Pengurus PCNU di Bumi Serambi Makkah yang baru nantinya bisa meningkatkan
performa badan otonom NU, seperti GP Ansor-Banser, Fatayat, IPNU, IPPNU, PMII dan lain-lain, melalui berbagai giat
perkaderan, sehingga akan semakin banyak Pejuang-pejuang Aswaja dan NKRI di
daerah kelahiran kita ini”. (Amelina).
Editor: Heri