Kehadiran Smoothie Instan Ramah Lingkungan Sebagai Inovasi Langkah Pencegahan Surplus Produksi Pangan

Editor: Redaksi author photo

Kehadiran Smoothie Instan Ramah Lingkungan Sebagai Inovasi Langkah Pencegahan Surplus Produksi Pangan
KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) – Kurangnya efektivitas dalam pengolahan dan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia menyebabkan tingginya jumlah bahan makanan mentah yang gagal diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang yang biasa disebut sebagai susut pangan atau Food Loss. Indonesia berada di posisi kedua sebagai negara penghasil sampah makanan terbanyak di dunia setelah Arab Saudi. Rabu (5 April 2023).

Berdasarkan laporan dan kajian mengenai Food Loss and Waste (FLW) yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan sejumlah lembaga lain, menyebutkan ada sekitar 23-48 juta ton tiap tahunnya makanan yang terbuang selama sekitar 20 tahun terakhir.

Adapun jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien, karena banyak terbuang dalam rantai pangan adalah sayur dan buah. Menurut data Kementerian Pertanian Indonesia diperkirakan kehilangan sayuran dan buah-buahan di Indonesia mencapai sekitar 8,7 juta ton per tahun.

Faktor penyebab terjadinya food loss yang masih sering dilakukan masyarakat adalah membuang makanan yang dianggap buruk atau ugly food. Pangan tidak sempurna ini didefinisikan sebagai produk yang tidak memenuhi standar pasar dari segi penampilan yang biasanya diterapkan dalam industri pangan. Makanan tersebut dianggap tidak menarik karena tidak sesuai dengan produk yang ditampilkan baik dalam bentuk, warna, maupun ukurannya.

Ugly food biasanya produk yang tidak lolos seleksi pada industri pangan atau supermarket karena masih banyak masyarakat yang terpaku dengan standar penampilan pangan (food cosmetic standard).

Pada saat pemilihan hasil panen, apabila terdapat hasil panen sayuran atau buah-buahan yang tidak sempurna, hasil pangan tersebut tidak akan masuk ke dalam produk unggulan. Akibatnya, banyak hasil pangan yang terbuang sia-sia karena tidak bisa dipasarkan, padahal produk yang tidak sempurna ini memiliki kandungan nutrisi yang tidak kalah baiknya dibandingkan dengan produk yang tampilannya menarik. (tim Liputan).

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini