KALBARNEWS.CO.ID
(PALEMBANG) - Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Sumatera Selatan
mengapresiasi pengelola Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II
Palembang yang menetapkan petugas Avsec mulai dari pintu keberangkatan dan
kedatangan menggunakan tanjak untuk pria dan mahkota untuk petugas wanita. Minggu (18 Desember 20220Masata Apresiasi Petugas Bandara SMB II Palembang Kenakan Tanjak
"Penggunaan tanjak dan mahkota oleh petugas
Avsec Bandara SMB II sangat positif dan patut diapresiasi atau diberikan
penghargaan, karena bisa mendukung pelestarian budaya dan kearifan lokal Kota
Palembang," kata Ketua Masata Sumsel, Herlan Aspiudin.
Menurut dia, penampilan petugas Avsec menggunakan
tanjak dan mahkota di atas kepalanya saat menjalankan tugas akhir-akhir ini
bisa meningkatkan 'hospitality' atau keramahtamahan petugas ketika memberikan
pelayanan kepada seluruh pengguna jasa Bandara SMB II, mitra kerja dan usaha.
Kebijakan Eksekutif General Manager Bandara SMB II
Palembang, R.Iwan Winata menetapkan penggunaan tanjak dan mahkota bagi petugas
Avsecnya diharapkan bisa dicontoh instansi dan lembaga lain.
Melalui upaya tersebut tidak hanya melestarikan
karya budaya tersebut, tetapi mendorong masyarakat menekuni keterampilan dan
kemahiran kerajinan tradisional serta menjadikan sumber pendapatan yang bisa
diandalkan untuk kehidupan keluarga, kata Herlan.
Dia menjelaskan, tanjak dan mahkota adalah salah
satu perlengkapan pakaian adat Kesultanan Palembang Darussalam sekitar tahun
1850 yang dipakai oleh para bangsawan/kesultanan pada saat itu.
Dengan berakhirnya Kesultanan Palembang
Darussalam, tanjak masih tetap dipakai oleh masyarakat Palembang hingga saat
ini terutama dalam acara-acara tertentu seperti pada acara ada pernikahan dan
acara resmi pemerintah daerah.
Tanjak dibuat dari kain persegi empat yang dilipat
sedemikian rupa hingga membentuk tanjak untuk pria dan mahkota untuk wanita.
Motif kain tanjak yang pertama kali dipakai adalah
motif kerak mutung , dalam perkembangannya motif batik gribik dan jufri juga
dipakai untuk pembuatan tanjak.
Menurut sejarahnya, sesuai dengan perkembangan
pada masa itu, tanjak terdiri dari tiga macam, yakni tanjak meler yang terbuat
dari kain tenunan tradisional Palembang sekitar tahun 1870.
Kemudian tanjak kepundang yang terbuat dari kain
tenunan Palembang sekitar tahun 1900, tanjak bela mumbang yakni tanjak khusus
untuk penutup kepala Pangeran Nato Dirajo dan keturunannya.
Untuk tanjak yang sekarang masih sering digunakan
atau dipakai masyarakat Palembang untuk acara-acara adat , dengan ciri sebagai
berikut di kening tiga susun lipatan, di lipatan segitiga ada lipatan sedikit
ke depan sebelah kiri, tinggi kain tanjak tidak lebih dari setepa atau lima
jari.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk dijadikan
tanjak dan mahkota yakni kain yang bermotif kerak mutung, gribik, jufri dan
kain tenun songket, kata Ketua Masata Sumsel. (Tim liputan)
Editor : Aan