KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) -- Sekelompok pemuda Indonesia berkumpul di depan layar LED berukuran besar di stan pameran Tiongkok di Indonesia International Book Fair (IIBF), Jakarta. Mereka menyaksikan video promosi tentang Kebudayaan Liangzhu, salah satu situs peradaban tertua di Tiongkok. Mereka pun mengagumi situs peradaban kuno Tiongkok yang berusia lebih dari 5.000 tahun tersebut. Rabu (16 November 2022).
Hal ini
hanya beberapa dari fakta baru tentang Kebudayaan Liangzhu yang dapat
dipelajari berbagai pihak berkat kolaborasi antara penerbit buku asal Tiongkok
dan Indonesia.
Empat
buku diterbitkan di Indonesia oleh Social Sciences Academic Press
asal Tiongkok and Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
"Proyek
penerjemahan buku antara Tiongkok dan Indonesia menjadi bagian
penting dari inisiatif Tiongkok untuk menerjemahkan karya
klasik Asia dari dan dalam bahasa Mandarin, seperti yang dikemukakan
Presiden Tiongkok Xi Jinping di Conference on Dialogue of Asian Civilizations
pada 2019," ujar Xu Liping, Director, Center for
Southeast Asian Studies, Chinese Academy of Social Sciences.
Dalam
paparannya pada 15 Mei 2019, Xi berkata, Tiongkok gembira meluncurkan inisiatif
tersebut bersama negara-negara terkait, serta menerjemahkan karya
klasik Asia, sekaligus mempromosikan pertukaran dan kerja sama di industri
film dan TV.
Langkah
ini akan membantu masyarakat di Asia dalam mempelajari dan
mengapresiasi kebudayaan masing-masing pihak, serta membangun sarana pertukaran
dan memupuk sikap saling memahami. Maka, peradaban terbaik
di Asia dapat diapresiasi oleh semakin banyak orang di dunia.
Lewat
kerja sama Tiongkok-Indonesia, kian banyak buku tentang perkembangan dan
pencapaian budaya Tiongkok merambah Indonesia.
"Buku
berperan sebagai jembatan yang menghubungkan kebudayaan manusia," kata
Paulus Rudolf Yuniarto, Peneliti dari Pusat Penelitian Kewilayahan, Badan
Riset dan Inovasi Nasional. "Gagasan untuk menerjemahkan karya klasik
Tiongkok dan Indonesia menjadi sarana penting yang memupuk sikap
saling memahami di tengah perbedaan budaya."
Ahli
Kajian Tiongkok asal Indonesia Novi Basuki berkata, dari kerja sama politik dan
ekonomi, Tiongkok dan Indonesia "berhasil meningkatkan hubungan
bilateral". Namun, dari sisi hubungan antarwarga, "praduga dan
kesalahpahaman masih terjadi dalam banyak kasus, termasuk akibat kurangnya
komunikasi budaya."
Guna
mengurangi bias antara masyarakat di kedua negara, pertukaran budaya dan
antarwarga, seperti proyek penerjemahan literatur, "jauh lebih penting
dari aspek lain, sebab hal tersebut berperan sebagai basis yang solid untuk
kerja sama politik dan ekonomi," jelas Basuki.(Tim Liputan)
Editor : Aan