KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) mengungkapkan keberadaan endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung
api muda dan aluvial sungai memperkuat efek guncangan gempa bumi di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat.
Senin (21 November 2022).Endapan Kuarter Perkuat Efek Guncangan Gempa Di Cianjur
"Sebagian batuan rombakan gunung api muda
tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter tersebut pada umumnya
bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan
gempa bumi," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Badan Geologi Hendra Gunawan dalam keterangan yang dikutip di Jakarta,
Senin.
Berdasarkan analisis geologi, morfologi wilayah
Kabupaten Cianjur pada umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang,
perbukitan bergelombang hingga terjal yang terletak pada bagian tenggara Gunung
Gede.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang
hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan,
berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi
kuat dan curah hujan tinggi.
Pada pemberitaan sebelumnya, gempa bumi dengan
magnitudo 5,6 telah melanda wilayah barat daya Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa
Barat, hari ini, pukul 13.21 WIB.
Gempa bumi yang diakibatkan oleh aktivitas
sesar--data sementara--telah menewaskan 56 orang dan ratusan orang luka-luka
akibat tertimpa bangunan yang runtuh.
Pusat gempa bumi berada pada koordinat 6,84
Lintang Selatan dan 107,05 Bujur Timur, sekitar 10 kilometer barat daya
Kabupaten Cianjur, pada kedalaman 10 kilometer. Kejadian gempa bumi itu tidak
menyebabkan tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.
Badan Geologi mengimbau adanya peningkatan upaya
mitigasi melalui mitigasi struktural dan non struktural mengingat Kabupaten
Cianjur tergolong rawan gempa bumi dengan skala intensitas lebih dari VIII MMI.
Intensitas guncangan gempa VIII MMI dapat
menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat;
retak-retak pada bangunan degan konstruksi kurang baik, dinding dapat lepas
dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen roboh; serta air
menjadi keruh.
Menurut analisis Badan Geologi, kejadian gempa
bumi di Kabupaten Cianjur tersebut diperkirakan berpotensi mengakibatkan
terjadinya bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan
likuefaksi.
"Bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun
menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko
kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi,"
pungkas Hendra Gunawan. (Tim Liputan)
Editor : Aan