KALBARNEWS.CO.ID (BALI) -- KTT G20 Ke-17 berlangsung di Bali, Indonesia, dari 15-16
November. Bali, sebagai tuan
rumah KTT, adalah pulau yang paling terkenal di antara lebih dari 17.000 pulau
yang berada di Indonesia. Pembangkit Listrik Celukan Bawang, proyek yang mendapat
investasi dan dibangun oleh China Huadian Corporation (selanjutnya disingkat
"CHD") ini, sangat mencerminkan konsep Belt and Road Initiative, yaitu pembangunan
yang damai dan kerja sama yang saling menguntungkan. Rabu (16 November 2022).China Huadian: Menerangi Bali Yang Indah Dengan Tenaga Listrik
Setelah 2015, khususnya ketika pembangkit listrik di pantai
utara Bali ini selesai dan beroperasi, riwayat pemadaman listrik pun
tamat. Menurut Li Qun, Kepala Teknik, Pembangkit Listrik Celukan Bawang, Pulau
Bali telah lama mengandalkan pembangkit listrik yang memakai bahan bakar fosil
(bahan bakar minyak) dan dua kabel bawah laut dari Pulau Jawa untuk suplai
listrik; permintaan listrik di Bali tidak terpenuhi. Kini, pembangkit
listrik tersebut memiliki kapasitas produksi listrik tahunan rata-rata di atas
2,8 miliar kWh, dan memasok sekitar 40% tingkat permintaan energi di Bali,
serta menghemat biaya senilai US$ 100 juta per tahun yang sebelumnya
ditanggung pemerintah setempat.
Pembangkit Listrik Bawang Power terletak di pantai
utara Bali, Indonesia, Gardu listrik dari fasilitas ini menggunakan
teknologi canggih GIS (Gas Insulated Substation) buatan TIongkok.
Teknologi GIS secara efektif mengisolasi garam dari air laut untuk melindungi
perangkat keras di pembangkit listrik, serta menghemat penggunaan lahan. Staf
di fasilitas pembangkit listrik ini, bersama lembaga pelestarian alam
di Indonesia, "Yayasan Bumi Hijau Indah", juga mendirikan Pusat
Riset dan Restorasi Batu Bara. Saat ini, pembangkit listrik tersebut juga
bekerja sama dengan tim riset biologi asal Tiongkok, "Coral Planet",
untuk menjalankan budi daya terumbu karang di kawasan utara pantai tersebut.
Dengan demikian, terumbu karang dapat menjadi "penjaga alam" di bawah
laut.
Bupati Buleleng, Bali, Agus Suradnyana, turut mengajak
warga dan perusahaan lokal agar bekerja sama melanjutkan program tersebut,
melestarikan alam, serta mendorong pembangunan lokal yang stabil dan cepat.
Menurut mantan Asisten Gubernur Bali I. Ketut Wija, tuntasnya proyek pembangkit
listrik tersebut akan mengubah ketergantungan Bali terhadap impor
listrik dan bahan bakar minyak. Dia berharap, perusahaan Tiongkok seperti CHD
akan terus berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Bali, seperti
pembangkit listrik, jalan, pelabuhan dan dermaga, dan lain-lain sehingga Bali dapat
terus berkembang.
Mengingat kendala ketenagakerjaan di Indonesia, pembangkit
listrik tersebut menjaga kegiatan operasional dengan sebaik-baiknya, serta
menggunakan hampir 60% kapasitas terpasang pada masa epidemi Covid-19. Demi
menjaga kesehatan sekitar 100 tenaga kerja di pembangkit listrik tersebut, CHD
bermitra dengan rumah sakit setempat untuk menyediakan bantuan dan perawatan
kesehatan, serta membuat ruang karantina dan isolasi sekaligus sebuah kantor
layanan darurat.
Menurut Yuan Baoquan, tenaga kerja asal Tiongkok yang bertugas
di pembangkit listrik tersebut, ketika penanganan epidemi berlangsung di
Tiongkok, tenaga kerja di pembangkit listrik membeli sarung tangan medis sekali
pakai dan persediaan penanganan epidemi lainnya, lalu mendonasikan
barang-barang tersebut kepada rumah sakit di Hubei, Tiongkok. Yang
Yu'e, tenaga kerja lain asal Tiongkok, menjelaskan kepada jurnalis, saat
pandemi terjadi, Pembangkit Listrik Bawang Power mempertimbangkan kondisi lokal
dan mempersiapkan "Buku Panduan Pencegahan Covid-19" dalam bahasa
Mandarin dan Indonesia. CHD juga terus menyediakan layanan bagi berbagai
orang dengan latar belakang budaya, agama, dan lapisan sosial yang beraneka
ragam agar dapat hidup berdampingan secara selaras, serta bekerja sama dengan
damai, dan berkembang sebagai keluarga. (Tim Liputan)
Editor : Aan