![]() |
Inilah 8 Upaya PLN Kurangi Emisi Karbon |
Wakil
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I, Pahala N. Mansury sangat mendukung
langkah PLN dalam mencapai net zero emission pada 2060 serta mendukung
pembangunan rendah karbon sejalan dengan Paris Agreement dan target pengurangan
emisi gas rumah kaca Indonesia hingga 31.89 persen pada 2030. Hal
tersebut juga sesuai dengan Updated National Determined Contribution (NDC) yang
dirilis pemerintah pada September lalu menjelang COP27 bulan depan.
"Komitmen
PLN dalam mewujudkan dekarbonisasi dan menggerakkan transisi energi di
antaranya dengan mengakselerasi pengurangan penggunaan aset PLTU batubara serta
percepatan pembangunan energi baru terbarukan (EBT) untuk meningkatkan porsi
EBT dalam bauran energi,” jelas Pahala.
Sementara
itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan sebagai bagian dari
komitmen global untuk mengurangi emisi karbon, PLN telah memprakarsai 8 upaya.
Bertepatan dalam SOE International Conference, ia menegaskan PLN akan
menjelaskan kepada para delegasi langkah-langkah strategis PLN dalam
memaksimalkan teknologi dan inovasi dalam pengurangan emisi karbon dan
mendorong transisi energi.
"Dengan
berkolaborasi, kami juga memastikan akan terus menyediakan pasokan listrik yang
andal dan bersih untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Darmawan.
Darmawan
merinci, untuk bisa mempercepat target NZE, pertama, PLN akan mempensiunkan
PLTU secara bertahap. Langkah ini dinilai paling efektif untuk bisa mengurangi
emisi karbon di sektor kelistrikan sekaligus mengurangi penggunaan batubara sebagai
energi fosil.
"Kedua,
PLN secara paralel juga mengimplementasikan teknologi co-firing biomassa di
pembangkit berbasis fosil yang masih beroperasi guna mengurangi penggunaan
energi fosil serta emisi yang dihasilkan. Gerakan ekonomi energi kerakyatan
melalui co-firing yang sudah dilakukan badan usaha serta pemerintah daerah akan
mendongkrak perekonomian masyarakat," ujar Darmawan.
Ketiga, PLN
juga akan mengakselerasi penambahan pembangkit listrik berbasis energi bersih.
Hingga 2025 mendatang PLN akan menambah 3 GW pembangkit berbasis EBT dengan
total tambahan kapasitas terpasang 20.9 GW dari 2021 hingga 2030 mendatang.
"Keempat,
PLN memberikan layanan Renewable Energy Certificated (REC) sebagai salah satu
fasilitas yang bisa digunakan baik oleh stakeholder BUMN, pemerintahan, retail,
bisnis, maupun industri untuk bisa bersama-sama menggunakan energi listrik
berbasis EBT," tambah Darmawan.
Kelima, PLN
juga mendukung ekosistem kendaraan listrik dengan gencar menciptakan skema
kerja sama bersama mitra melalui franchise pembangunan SPKLU dan SPBKLU bersama
perbankan, mall-mall, kantor-kantor, swasta, operator jasa transportasi, dealer
motor dan lain-lain sehingga akan ada ribuan SPKLU dan SPBKLU yang difasilitasi
PLN.
Keenam, PLN
juga mengembangkan Carbon Capture and Storage (CCS) sehingga bisa menjadi
teknologi penyerap emisi karbon dalam jumlah besar di PLTU dan PLTG.
Ketujuh, PLN
juga mengembangkan teknologi hidrogen untuk menurunkan emisi dari pembangkit
berbahan bakar fosil melalui implementasi co-firing hidrogen dan amonia.
Terakhir,
PLN mengembangkan teknologi Smart Grid & Control System. Penerapan ini
bakal meningkatkan efisiensi sistem sekaligus mengurangi emisi melalui
digitalisasi pada tiap lini proses bisnis.
“Perkembangan
teknologi dan inovasi mampu menekan harga dari pengembangan EBT. Ini menjawab
dilema antara energi bersih tapi mahal atau energi kotor tapi murah. Ini bisa
dijawab, bahwa ke depannya energi bersih dan murah bisa dicapai,” pungkas
Darmawan. (tim liputan).
Editor :
Heri