Kemenag Pontianak Bakal Gelar Diskusi Pluralisme, Undang Mantan Napiter Dan Eks Komandan NII

Editor: Redaksi author photo

Kemenag Pontianak Bakal Gelar Diskusi Pluralisme
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Pontianak bakal menggelar focus group discussion (FGD) bertema Moderasi Beragama dan Plularisme dengan tema Sebuah Alternatif dan Solusi Problem Kebangsaan yang akan dilaksanakan pada hari Kamis (14 Juli 2022).

Sebanyak 300 orang yang terdiri dari unsur pengelola pondok pesantren, pengurus masjid, penyuluh lintas agama, dan Perkumpulan Merah Putih (PMP) bakal diundang untuk mengikuti kegiatan diskusi tersebut. 

Kepala Kantor Kemenag Kota Pontianak Mi'rad menyebut FGD yang akan digelarnya ini sebagai upaya pencegahan radikalisme dan mendukung semangat toleransi beragama di Kota Pontianak. Ia berujar, forum silaturahmi seperti FGD ini perlu sering dilakukan demi merawat kerukunan hidup antar umat beragama di Kota Pontianak. 

"Kita ingin kalangan pengelola pesantren dan para pengurus masjid beserta penyuluh lintas agama tumbuh kembang komitmen untuk mendukung penguatan internalisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam bingkai toleransi dan kerukunan sebagai upaya pencegahan radikalisme di Kota Pontianak dan Kalimantan Barat. Sekaligus kita ingin menguatkan kerjasama dalam menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif melalui penguatan moderasi beragama di Kota Pontianak," ucapnya saat ditemui di Pontianak, Rabu (13/7/2022). 

Dalam diskusi yang akan dilangsungkan di Rumah Adat Melayu Pontianak tersebut, Kantor Kemenag Kota Pontianak bakal mengundang mantan napi terorisme (napiter) asal Singkawang Rosnazizi dan eks Komandan Negara Islam Indonesia (NII) Ken Setiawan sebagai pembicara. Keduanya akan berpanel dengan Kepala Kantor Wilayah Kemenag Kalimantan Barat Syahrul Yadi yang juga turut diundang menjadi narasumber. Mi'rad menambahkan, dalam diskusi tersebut, seluruh peserta juga akan mendeklarasikan komitmen bersama mendukung moderasi beragama. 

"Melalui kegiatan ini, kami berharap seluruh pihak menyadari ancaman pemahaman keagamaan yang eksklusif dan ekstrem yang telah menyusup ke seluruh lini instansi dan lembaga sehingga semuanya dapat mengambil peran dan langkah-langkah konkret untuk mengantisipasinya. Pada intinya kami ingin cara beragama kita itu moderat, menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, tanpa kekerasan, menghargai budaya, dan memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dalam bingkai NKRI," pungkasnya. (na/tim liputan).

Editor : Heri 

Share:
Komentar

Berita Terkini