Wali Kota Edi Rusdi Kamtono Saat Bersama TPID Kota Pontianak |
“Harga
pangan relatif stabil pada seluruh kebutuhan pokok. Komoditas utama juga
tersedia, khususnya untuk tiga bulan kedepan. Hanya saja untuk minyak goreng,
kita masih menunggu kiriman distribusi produsen besar,” ujarnya usai kegiatan
High Level Meeting (HLM) Pengendalian Inflasi di Aula Abdul Muis Muin Kantor
Bappeda Kota Pontianak, Kamis (31/03/2022).
Edi
memperkirakan, menjelang Ramadan akan terjadi peningkatan kebutuhan, baik itu
kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Hal ini dinilainya sebagai budaya
masyarakat Kota Pontianak saat bulan puasa dan lebaran, kemudian ditambah
mobilitas yang kian tinggi serta warga wilayah sekitar seperti Kabupaten
Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya yang tak jarang memilih untuk belanja di Kota
Pontianak.
“Sudah jadi
budaya warga Kota Pontianak, kalau kebutuhan akan makanan itu tinggi. Karena
memang kita sadari, Kota Pontianak hampir 75 persen itu muslim,” paparnya.
Oleh sebab
itu, lanjut Edi, melalui rapat koordinasi yang melibatkan seluruh pihak terkait
dapat memberikan informasi terkini berkaitan ketersediaan bahan pokok. Tak
hanya itu, dia juga meminta keperluan lainnya seperti Bahan Bakar Minyak (BBM)
hingga ketersediaan pangan terjaga.
“Kunci untuk
mengendalikan inflasi itu adalah menjaga ketersediaan bahan pokok,” sebutnya.
Meski
demikian, dia menyebut ada faktor lain yang menjadi penyebab terkendalanya
ketersediaan pangan, misalnya kondisi cuaca di lautan yang mengakibatkan armada
kapal pengangkut bahan kebutuhan pokok terlambat.
"Sehingga
distribusi produksi menjadi terganggu," sebutnya.
Kumpulan
informasi yang akurat dari stakeholder terkait, akan menjadi rujukan pihaknya
untuk membuat program dan kebijakan tentang harga bahan pokok dan ketersediaan
pangan. Dia juga turut mengajak masyarakat untuk memantau harga pangan di Kota
Pontianak lewat aplikasi Jepin (Jendela Pontianak Integrasi).
“Di sana
bisa melihat, apakah seimbang atau tidak harganya. Ada atau tidak stoknya.
Kemudian kan tentunya juga ada pantauan dari pihak TNI maupun kepolisian lewat
satgas yang sudah dibentuk,” tutupnya.
Sementara,
Dimas P Wardana, perwakilan BI Kalbar menjelaskan, tercatat kenaikan pada
beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam dan minyak goreng jika
lihat dari data week to week (setiap pekan). Selain itu, komoditas gula pasir
juga sedang meningkat. Penyebabnya diperkirakan karena stok, yaitu tebu, yang
menipis dari pulau Jawa.
“Apalagi di
Kalimantan kita masih banyak memasok dari pulau Jawa dan Sumatera. Mungkin bisa
jadi perhatian, dengan mencari alternatif lainnya,” terangnya.
Seperti yang
disebut Wali Kota Edi Kamtono sebelumnya, Dimas menganggap perlunya menjaga
ketersediaan dengan menggunakan alternatif lain. Karena sudah menjadi isu
penting terkait lambannya distribusi produksi.
“MIsalkan
substitusi barang dengan gula semut, gula kelapa, atau dicari dari berbagai
daerah. Diversifikasi risiko, jadi jika distribusi pasokan ini terganggu, kita
punya pasokan lain,” pungkasnya. (tim liputan).
Editor :
Heri