Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi RI, Firli Bahuri |
“Sahabat,
saya ingin menambahkan sedikit catatan agar pada setiap hari raya besar yang
diperingati oleh agama agama besar di negara kita kita selalu bisa mengambil
makna yang baik,” ujar Firli Bahuri mengawali.
Saya sebagai
warga negara merasa bahwa Nyepi itu artinya kembali pada diri sendiri dan
sebenarnya itu adalah ajaran semua agama. Agama selalu menganjurkan kepada kita
untuk berkaca diri lebih banyak daripada menilai dan membicarakan orang lain.
Kesempurnaan
selalu kita dapatkan justru dengan cara kembali. Maka hidup ini sepi, karena
pada dasarnya kita bertanggung jawab di hadapan Tuhan dalam sepi kita dan tidak
ada orang lain.
Kerja kerja
besar itu sepi, karena terkadang jangankan tepuk tangan bahkan kita
dicacimaki. Asalkan kita bekerja untuk
kebenaran maka kebenaran itu adalah sepi. Kita tidak perlu berkecil hati
kalaupun pekerjaan kita kadang kadang tidak dihargai.
Saya sebagai
bagian dari korps penegakan hukum khususnya di KPK sering mengatakan kepada
teman teman saya jangan sampai awak KPK bekerja karena dorongan pujian dan
tepuk tangan sehingga kebenaran tidak berani ditegakkan justru yang ditegakkan
adalah hingar-bingar dan huru-hara.
Penegakan
hukum seharusnya adalah pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan pujian dan
kajian orang lain. Seperti adagium “tegakan hukum meski langit akan runtuh”.
Sekali lagi
mari kita kembali pada diri sendiri menyepi sejenak untuk introspeksi. Kepada
umat Hindu saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Nyepi tahun Caka 1944,
semoga semua kita diberkati. [Sumber : Jaringan Media Siber Indonesia].
Penulis
adalah Firli Bahuri, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI**