Ketua Relawan Bala Anies Tanggapi Giring Di Podcast Deddy Corbuzier |
Menanggapi hal
itu Sismono Laode, Ketua Relawan Pendukung Anies Baswedan “Bala Anies” mengatakan
tidak bisa memahami alur pikir Giring. Ini penggiringan yang cacat data dan
logika.
Justru
kegiatan internasional ini, laiknya Mandalika 2022 sangat menguntungkan bangsa
Indonesia, baik secara stimulus ekonomi ataupun reputasi Indonesia (Jakarta).
Hampir semua kegiatan internasional yang sukses pasti kedepan akan memberi
stimulus ekonomi, turisme, dan investasi.
Bahkan, Sismono
mengklaim bahwa andai Giring masih berprofesi sebagai penyanyi, maka dia justru
akan menjadi salah satu sosok yang paling diuntungkan dengan adanya Formula E.
“Ambil
contoh Afrika Selatan. Siapa yang mengenal lagu Waka-Waka dan Shakira sebelum
piala dunia ada di sana? Jadi ketika ada event internasional, maka stimulus
ekonomi dan multiplier efeknya sangat besar, termasuk manfaat repurtasi bagi
para pelaku seni dan UMKM. Semua acara internasional, termasuk Asian Games 2018
dan MotoGP Mandalika 2022 yang diinisiasi Presiden Jokowi, bukanlah pemborosan,
justru ini peluang,” ungkap Ketua Relawan Bala Anies, dalam keterangan
tertulisnya dari Markas Bala Anies, Senin (04/10) pagi.
Jangan
Berpolitik Katanya
Terkait
dengan besaran uang komitmen yang dianggarkan Pemerintah DKI maupun beban pada
anggaran negara, hal tersebut sudah berulang kali dijawab oleh Gubernur Anies
Baswedan. Bahwa, Pemerintah Provinsi hanya membayarkan biaya senilai 560 miliar
saja di awal 2019 dan diperuntukkan untuk tiga musim tersisa 2022-2024,
sebagaimana tercantum dalam kesepakatan Bersama Pemprov dan Formula E
Operations (FEO).
Setiap
tahunnya, sebagaimana disampaikan dalam dokumen resmi Pemprov, bahwa pembiayaan
Formula E sekitar 150 M. Itupun tidak menggunakan dana APBD tapi dari
sponsorship yang dilakukan Jakpro selaku badan usaha milik daerah.
“Jadi
sifatnya B to B, bukan pakai dana APBD. Selain itu, temuan BPK seluruhnya juga
telah ditindaklanjuti secara tuntas. Tidak ada uang masyarakat termasuk uang
Giring yang dipakai disini, dan semuanya sudah dibahas dalam Rapat Paripurna
DPRD dimana Partainya Giring juga ikut,” lanjut La Ode.
Kedepan,
Sismono La Ode berharap Giring lebih banyak menggali informasi sebelum
menyampaikan komentar seputar politik. Terlebih, disampaikan dalam Podcast
berkelas Deddy Corbuzier yang ditonton oleh orang-orang yang terdidik. Giring
sebaiknya tidak bermanufer dengan menggunakan “cara berpikir katanya”.
“Yang
dilakukan Pemerintah DKI dengan penyelenggaraan Formula E ini, sudah dihitung
matang, akan memberikan dampak finansial, ekonomi, dan reputasi untuk
memulihkan ekonomi pasca Covid-19. Pelaku seni, penyanyi, UMKM, dan pelaku
bisnis lainnya akan menerima manfaat perhelatan ini. Sayangnya, karena Giring
sekarang politisi, jadi tidak bisa memanfaatkan peluang ini. Dia lebih senang
berpikir katanya,” pungkas Sismono.
Lihat Data
Sebelum Berdongeng
Sebenarnya
kalau Giring mau sedikit menggali informasi dari sumber utama, dia pasti tidak
sesak pikir sebagaimana disampaikan dalam Podcast Deddy Corbuzier. Sebagaimana
data yang dikeluarkan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Pemrov DKI
Jakarta, ada 12 item yang bisa menjelaskan politik katanya ala Giring cs.
Sebut saja
soal besaran komitmen fee Formula E di Jakarta telalu besar dibanding kota-kota
lain di dunia. Ini betul! Tapi penggunaan logika apple to apple antar kota
penyelenggara adalah salah. Mengapa begitu? Pertama, apa saja yang dicover oleh
FEO; kedua, jarak lokasi dengan kota penyelenggaraan lainnya; dan ketiga, kapan
kota tersebut jadi tuan rumah, semakin akhir semakin tinggi komitmen fee.
Untuk
Jakarta, FEO mengcover biaya broadcasting + penyiaran live di 150 negara,
akomodasi ribuan official sekitar 1 bulan, biaya keamanan, biaya pengiriman
barang, asuransi, panggung dan stage. Untuk biaya, broadcasting (produksi dan
penyiaran) saja diperkirakan mencapai 2 juta poundsterling. Soal posisi
geografis Indoesia membuat biaya logistik yang FEO yang harus dikeluarkan jauh
lebih tinggi dibandingkan kota-kota di eropa dan amerika.
Soal biaya
komitmen fee kenapa tidak digunakan untuk dana Pendidikan dan penanggulangan
Covid-19? Nah ini kurang dipahami Giring dalam konteks politik anggaran yang
tetap mempertimbangkan semua aspek dan jangka waktu target. Belum lagi
pembayaran komitmen fee sudah lunas sejak tahun 2019, sehingga tidak mengganggu
anggaran saat ini dan kedepan.
Soal
Pendidikan dan Penanggulangan Covid-19, Jangan diragukan komitmen Anies
Baswedan. Dana Pendidikan dan penanggulangan Covid-19, dll tetap mendapat
prioritas utama, dipenuhi secara memadai, bahkan DKI Jakarta menjadi provinsi
terbaik dalam hal penanggulangan Covid-19. Terkait vaksinasi , Jakarta
merupakan salah satu kota terbaik di dunia.
Soal dana
komitmen fee sekitar Rp. 560 M sebenarnya ada dana yang lebih besar dikeluarkan
Pemprov DKI Jakarta untuk mendukung kegiatan nasional. Sebagai informasi,
Pemprov DKI mengeluarkan biaya dari APBD sebesar Rp. 750 M untuk pembangunan
equestrian (arena pacuan kuda) dan velodrome (arena balap sepeda) dalam rangka
mendukung pelaksanaan Asian Games 2018. Fasilitas ini digunakan utamanya hanya
sekali saat kegiatan Asian Games 2018. Tidak untuk tiga tahun tersisa kedepan,
sebagaimana Formula E.
PSI dan
semua fraksi di DPRD DKI Jakarta, saat itu tidak memandang anggaran yang
dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta sebagai pengabaian anggaran Pendidikan ataupun
anggaran kesehatan ataupun lainnya karena masing-masing anggaran telah memiliki
pos masing-masing.
Nah ini
kayaknya kisah dongeng, sangat lucu dan terlihat tendisiusnya. Masak hanya
formula E yang diprotes? Kalau soal-soal politik anggaran sederhana ini tidak
dipahami Giring dan teman-teman PSI, bagaimana mau mencalonkan diri jadi
Presiden RI ataupun Gubernur DKI Jakarta? Apa kata dunia? tutup La Ode.*
(Sumber : Jaringan Media Siber Indonesia).
Editor :
Taufik