KALBARNEWS.CO.ID (KUBU RAYA) – Untuk menangkal laju paham Radikalisme perlu meningkatkan pengawasan dan cegah dini oleh masyarakat untuk lakukan hal itu Kodam XII/Tanjungpura menggelar Focus Group Discussion Pembinaan Komunikasi Sosial Cegah Tangkal Radikalisme atau Separatisme Semester I TA 2021 di Aula Sudirman, Makodam XII/Tpr beberapa waktu lalu.
Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur
Rahmad membuka acara yang diikuti oleh tokoh agama, tokoh masyarakat,
organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa serta diikuti secara virtual oleh para
Dansat jajaran Kodam XII/Tpr.
Sedangkan
acara diskusi dipandu oleh moderator saudari Khusnul Katimah dari TVRI Kalbar,
dengan menghadirkan narasumber diantaranya, Kakesbangpolinmas Prov. Kalbar,
Hermanus, Rektor Universitas Untan, Prof. Dr. H. Garuda Wiko S.H., M.Si. dan
Ustad Sofyan Tsauri.
Saat membuka
acara, Pangdam XII/Tpr, Mayjen TNI Muhammad Nur Rahmad menyampaikan, bahwa
Radikalisme atau Separatisme adalah suatu Ideologi dan faham yang ingin
melakukan perubahan pada sistem Sosial dan Politik suatu Negara dengan
menggunakan cara - cara kekerasan atau ekstrim sehingga faham tersebut sangat
bertentangan dengan ldeologi Pancasila.
"Oleh
karena itu, untuk menghadapi potensi ancaman tersebut, maka kegiatan ini
merupakan salah satu langkah guna mewujudkan ketahanan wilayah yang kuat dalam
rangka tetap tegak dan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," ungkapnya.
Pangdam
mengatakan, melalui kegiatan ini juga dapat dijadikan sarana dan prasarana
untuk menjaga Kebhinekaan yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Di sisi lain
juga untuk meningkatkan pengawasan dan cegah dini masyarakat terhadap kelompok
Radikalisme atau Separatisme terutama yang sudah dilarang.
Selanjutnya
Pangdam menegaskan, untuk memberantas Radikalisme dan Separatisme bukan hanya
menjadi tanggung jawab aparat pemerintah, namun menjadi tanggung jawab seluruh
komponen bangsa. Untuk itu Pangdam berharap kepada seluruh komponen masyarakat
khususnya para generasi muda agar tidak terpengaruh oleh kelompok maupun
gerakan yang dapat merusak Ideologi Pancasila, khususnya di wilayah Kalimantan
Barat.
"Semoga
melalui kegiatan ini yang bertema Meneguhkan Toleransi Mencegah Radikalisme
atau Separatisme”, tetap terpeliharanya toleransi antar sesama, baik suku,
agama dan budaya, saling menghormati perbedaan satu sama lain sehingga tetap
tegak dan utuhnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945," harapnya.
Sedangkan
Ustad Sofyan Tsauri mantan narapidana teroris saat memberikan keterangan
menyampaikan, kita harus banyak mengedukasi masyarakat terutama para anggota
disini. Karena kebanyakan masyarakat itu tidak paham tentang bahaya
radikalisme.
"Karena
yang dibawa idiom agama seringkali kita tidak kuat untuk menolak paham itu.
Tapi sebetulnya sangat berbahaya karena mengancam persatuan dan kesatuan bahkan
sampai mengancam keamanan dan ketertiban," ujar Ustad Sofyan Tsauri yang
juga mantan polisi.
Untuk itu
katanya, sangat penting bagaimana menyadarkan masyarakat agar tidak tertarik
dengan paham paham yang banyak memberikan sikap-sikap destruktif yang
mengganggu keamanan dan ketertiban dengan idiom agama.
"Maka
kita perlu membekali dan memberikan imunitas kepada anggota dan seluruh
masyarakat untuk memahami keburukan paham radikal. Karena mereka ini adalah
benteng utama NKRI, TNI-Polri harus terus diberikan imunitas ini. Sehingga
dengan begitu, benteng ini akan menjadi kuat dan Indonesia terhindar dari
masalah, misalnya disintegrasi, terorisme, radikalisme dan intoleransi,"
pungkasnya. (tim liputan).
Editor : Aan