Kubu
Raya (Kalbarnews.co.id) – Bupati Muda
Mahendrawan menutup kegiatan Training of Trainers Gerakan Literasi Membaca-kan
di Aula SMP Negeri 3 Sungai Raya, Training of trainers adalah pelatihan untuk
pelatih khususnya terkait penerapan kegiatan gerakan membacakan di Kabupaten
Kubu Raya.
Sejak
gerakan membacakan diluncurkan secara resmi pada 30 Januari lalu di Kantor
Bupati Kubu Raya, pemerintah kabupaten bergerak cepat. Implementasi gerakan ini
di sekolah-sekolah segera dimulai. Dengan target peserta didik kelas 4, 5, 6
Sekolah Dasar dan 7, 8, 9 Sekolah Menengah Pertama.
Bupati
Muda menuturkan, gerakan membacakan adalah inovasi literasi yang digagas untuk
membangun karakter dan kemampuan literasi pada peserta didik. Selain
menumbuhkan minat baca, gerakan ini juga bertujuan membangun rasa percaya diri,
mengembangkan dasar relasi hubungan sosial, dan meningkatkan kemampuan
berkomunikasi pada anak. Ia menilai upaya memperkuat literasi anak sesungguhnya
telah ada. Namun masih tercerai berai dan belum masif sistemik.
“Artinya,
ini kita bangun dengan pola sistemik. Jadi kita membangun sistem, pola, dan
metode pembelajaran yang secara tidak langsung menguatkan ekstrakurikuler yang
berpengaruh langsung kepada proses pendidikan anak-anak kita,” tuturnya.
Muda
mengungkapkan, selama ini gerakan literasi sudah banyak. Namun bersifat
individual. Tidak melibatkan aktivitas mendengar. Karena hanya berupa gerakan
membaca, bukan membacakan. Sehingga yang berminat membaca atau mendatangi
perpustakaan pun hanya segelintir. Bahkan gerakan membaca yang sedari dulu
sudah ada masih belum signifikan mendongkrak budaya baca masyarakat.
“Buku-buku
juga banyak yang ‘bersih’, tidak banyak sidik jarinya. Sekarang bayangkan satu
sekolah ada ratusan siswa, maka dengan gerakan membacakan ini setiap minggu
akan ada 150-200 buku yang dipegang dan akan selalu berputar. Dan ini adalah
ilmu,” jelasnya.
Muda
menilai di era digital yang kompetitif, anak-anak harus dibekali kemampuan
penting. Yakni kemampuan berkomunikasi dan karakter. Sehingga akan bisa
bersaing dan progresif.
“Jadi
segala sesuatu kita lihat pada dampak atau efeknya. Dalam era digital serba
cepat dan persaingan global ini, anak-anak kita akan berat apabila tidak
diberikan bekal untuk mampu menembus zaman. Paling tidak mereka bisa lebih
cepat lompatannya ke depan. Punya cara berkomunikasi yang mumpuni, kepercayaan
diri, dan karakter yang kuat,” paparnya.
Lebih
jauh ia mengatakan, gerakan membacakan sejalan dengan pokok-pokok kebijakan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yakni Merdeka Belajar dan Guru
Penggerak. Yang salah satunya mengubah ujian nasional tahun 2021 menjadi
assesmen kompetensi minimal dan survei karakter yaitu literasi, numerasi, dan
karakter. Dia menyebut gerakan membacakan menjawab apa yang diprogramkan
Menteri Nadiem.
“Termasuk
menekankan bagaimana memperbanyak praktik dan tidak mendewakan hafalan. Lebih
mengutamakan memperkuat kompetensi pelajar di dalam hal karakter, integritas,
komunikasi, kemampuan analisa, dan pemahaman terhadap substansi,” paparnya.
Di
situlah, menurutnya, peran guru penggerak dibutuhkan. Yakni guru yang mampu
menggerakkan praktik-praktik kesiswaan dengan cara-cara menyenangkan. Alih-alih
membebani siswa hingga stres. Karena itu, harus ada metode yang terbangun agar
program “merdeka belajar” tetap punya standar ukur dan pencapaian maksimal.
“Makanya
konsep ini dari tahun lalu sudah diujicobakan dan disimulasikan oleh
teman-teman penggerak literasi di beberapa desa. Kita uji dan cari
format-format terbaik. Begitu menteri hadir dengan arah kebijakannya, konsep
kita sudah siap. Konsep yang jelas baik dalam legitimasi, regulasi, cara, skema
kerja, dan keterlibatan pihak-pihak terkait. Cara penilaian pun sudah terukur
jelas,” tegasnya. (rio/tim liputan)
Editor
: Aan