Kubu
Raya (Kalbarnews.co.id) – Ratusan Guru
dari seluruh Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya Peringati Hari Guru Nasional dan
HUT ke-74 PGRI di Halaman Kantor Bupati Kubu Raya, Senin (25/11/2019).
Ketua
PGRI Kabupaten Kubu Raya Frans Randus mengatakan saat ini salah satu kendala
utama adalah keterbatasan jumlah guru. dan itu terjadi secara nasional, masih banyak
daerah di Indonesia yang ruang belajarnya masih diisi dengan Guru Honorer
begitu juga dio Kabupaten Kubu Raya.
“Sekarang
mungkin 80 persen ruang kelas diisi oleh guru-guru non-PNS atau honor. Di Kubu
Raya SD-SMP itu mendekati angka tiga ribuan jumlah guru honornya,” ungkap
Frans.
Oleh
karena itu sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Anwar Makarim
pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional dan HUT ke-74 PGRI sangatlah tepat, menurut
Frans Randus sejumlah poin penting adalah harus terjadi perubahan dan itu
dimulai dari bawah, yakni dari guru.
Namun,
lanjutnya, tahun ini Bupati Kubu Raya telah mengambil kebijakan melalui APBD
Perubahan untuk memberikan insentif.
“Hal
itu sesuai dengan amanat pemerintah pusat untuk memberikan apresiasi kepada
guru Indonesia,” tambahnya.
Frans
mengungkapkan, sambutan Menteri Nadiem mengkonfirmasi fakta bahwa guru kerap
dibebani dengan berbagai tugas administratif. Padahal Presiden Joko Widodo
berulangkali menyampaikan agar guru hanya fokus pada proses belajar-mengajar.
“Jangan
dibikin ribet. Nah, yang bikin ribet ini adalah para pemangku kepentingan di
level kementerian. Yang masih banyak membuat kebijakan yang justru membuat para
guru dan insan pendidik itu menjadi lebih banyak mengurusi masalah-masalah yang
remeh temeh, yang tidak ada hubungan dengan proses belajar mengajar di kelas,”
keluhnya.
Frans
lantas mencontohkan, guru yang akan menjalani sertifikasi harus melakukan
serangkaian proses yang berakibat meninggalkan tugas mengajar dalam jangka
waktu lama. Padahal tenaga guru masih kurang. Sedangkan pengganti sementara
dari guru tersebut didatangkan dari luar daerah, dengan kompensasi gaji yang
kecil. Yang terjadi sang guru pengganti tak pernah muncul.
“Anggaran
akhirnya jadi mengendap, kan rugi juga uang negara akhirnya. Karena orangnya
tidak datang,” tandasnya. (ro/tim liputan)
Editor
: Heri K