Ketua MPR-RI, Bambang Soesatyo berkomitmen perangi Narkoba bersama BNN |
Jakarta (Kalbarnews.co.id) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo siap membangun sinergi antara MPR RI dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). Sehingga, sosialisasi 4 Pilar MPR RI tidak hanya sekadar dilakukan dengan simposium maupun seminar saja. Melainkan juga ada aksi nyata, khususnya dengan BNN, dalam mencegah generasi muda terpapar Narkoba.
Teror
Narkoba kini telah masuk menjadi salah satu teror yang membuat hancur peradaban
bangsa, negara, bahkan dunia. Karenanya pencegahan harus dimulai sedini
mungkin.
"MPR
RI dan BNN punya semangat yang sama dalam menjaga bangsa dan negara. Semangat
kebangsaan menjadikan Indonesia tetap utuh dari berbagai teror maupun tindakan
yang memecah belah bangsa. Teror Narkoba yang sudah memasuki semua lini, dari
mulai anak-anak sampai dewasa, pria dan wanita, tak boleh kita diamkan.
Mengingat di masa kini jenis Narkoba tak hanya sekadar ganja atau sabu. Tapi
sudah beragam jenisnya, bahkan ada yang sintesis seperti metamfitamin, yang
kadangkala tak diketahui generasi muda sebagai salah satu varian Narkoba. Inilah
pentingnya sosialisasi yang dilakukan secara simultan," ujar Bamsoet saat
menerima Kepala BNN Heru Winarko, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Rabu
(20/11/19).
Turut
hadir antara lain Deputi Bidang Pencegahan BNN Anjan Pramuka Putra, Deputi
Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN Dunan Ismail Isja, Kepala Pusat Laboratorium
Narkotika BNN Mufti Djusnir, dan Kepala Biro Humas BNN Sulistyo Pudjo Hartono.
Kepala
Badan Bela Negara FKPPI ini juga menyoroti banyaknya varian new psychoactive
substances (NPS) yang kini beredar di kalangan generasi muda. Seperti tanaman
Kratom yang berada di Kalimantan, yang saat ini sedang banyak mendapat
perhatian dunia, lantaran efek konsumsinya menyebabkan dampak negatif pada
psikologis dan medis. Layaknya orang mengkonsumsi varian Narkoba.
"BNN
perlu segera mengambil tindakan. Karena yang paling berbahaya adalah jika
orang-orang tidak tahu tumbuhan tersebut adalah tumbuhan berbahaya bagi
kesehatan. Namun demikian, tak hanya sekadar melarang masyarakat membudidayakan
Kratom, BNN bersama pemerintah pusat dan daerah juga perlu memikirkan langkah
taktis sebagai substitusi bagi masyarakat. Misalnya, melakukan pendampingan
masyarakat untuk mengganti lahan Kratom menjadi lahan kopi, ataupun tanaman
produksi lainnya. Seperti yang sudah dilakukan BNN di Aceh, dengan
mengalihfungsikan lahan ganja seluas 13.000 hektar menjadi lahan pertanian
jagung, kopi, dan lainnya," jelas Bamsoet.
Wakil
Ketua Umum Pemuda Pancasila ini tak ingin Indonesia menjadi surga Narkoba.
Selain tak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan nilai luhur budaya bangsa,
penggunaan Narkoba juga bisa menghambat peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia. Data BNN, saat ini pengguna Narkoba di Indonesia mencapai 4,5
juta jiwa atau sekitar 1,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia. 50 persen
diantaranya atau sekitar 2 juta diantaranya merupakan pengguna baru dari
anak-anak muda.
"Sedangkan
yang menjadi pecandu lebih kurang 800 ribu jiwa. Angka-angka tersebut bukanlah
angka kecil, jika didiamkan bisa menjadi bola salju yang terus menggelinding
dan membesar. BNN juga bisa melakukan terobosan dengan menggandeng BUMN agar
pengelolaan CSR-nya bisa ditujukan untuk membina kalangan rumah tangga menjadi
benteng utama bagi keluarga terbebas Narkoba," pungkas Bamsoet. (*)
Editor
: Edi S