Kubu
Raya (Kalbarnews.co.id) – Sebanyak 20
puskesmas di Kabupaten Kubu Raya menerima bantuan motor operasional untuk
program Salju (Selasa-Jumat) Terpadu. Penyerahan motor dilakukan langsung
Bupati Muda Mahendrawan seusai memimpin apel pagi di halaman Dinas Kesehatan
Kabupaten Kubu Raya, Senin (21/10/2019).
Bantuan
motor diterima enam puskesmas yang mewakili, yakni Puskesmas Sungai Kerawang,
Puskesmas Sungai Kakap, Puskesmas Kubu, Puskesmas Kopri, Puskesmas, Sungai
Asam, dan Puskesmas Rasau Jaya.
Dalam
arahanya Bupati Muda menjelaskan, Salju Terpadu adalah program untuk
mengoptimalkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan. Yakni
dengan kunjungan petugas kesehatan ke rumah-rumah warga. Ia menerangkan, Salju
adalah akronim dari Selasa dan Jumat, di mana pada hari-hari tersebut dilakukan
pelayanan kesehatan dengan sistem jemput bola.
Pada
hari Selasa dilakukan pelayanan kesehatan keluarga. Seperti pemeriksaan ibu
hamil, balita, imunisasi, pemberian vitamin, KB, kandungan, dan persalinan.
Adapun di hari Jumat, diberikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
penyakit menular dan tidak menular.
“Ini
(bantuan motor) sebetulnya untuk memperlancar. Prinsipnya adalah bagaimana
supaya program Salju ini bisa berjalan maksimal sesuai harapan,” ujarnya seusai
kegiatan.
Muda
mengatakan, untuk mengejar target Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan 12
indikator bidang kesehatan, pemerintah daerah harus aktif. Salah satunya dengan
melakukan pelayanan kunjungan ke rumah-rumah warga.
“Melalui
kunjungan ini ada langkah-langkah untuk bisa mengurangi dampak-dampak dan
angka-angka negatif. Misalnya stunting, gizi, kesehatan ibu dan anak, dan
sebagainya. Termasuk juga penyakit menular dan tidak menular,” tuturnya.
Muda
menerangkan, program Salju juga diharapkan dapat membangun partisipasi
masyarakat lebih cepat. Dengan adanya gerakan proaktif jemput bola dari petugas
kesehatan, diharapkan masyarakat akan bergerak bersama-sama tenaga kesehatan
tersebut.
“Nah,
di sinilah sebetulnya kita membangkitkan kesadaran bahwa gerakan sehat itu
memang harus melalui suatu pola masif bersama-sama. Supaya ada kesadaran
bersama dan masyarakat pun akhirnya bersemangat dalam gerakan meningkatkan kesehatan,”
terangnya.
Menurunkan
angka-angka risiko dari 12 indikator bidang kesehatan, Muda menyebut perlunya
memperkuat kualitas tenaga kesehatan dari sisi kompetensi. Namun, tak kalah
penting menurutnya, adalah adanya partisipasi masyarakat.
“Masyarakat
sebetulnya adalah kuncinya. Apabila masyarakat ini bisa partisipatif, maka jauh
lebih cepat lagi kita di dalam menurunkan angka-angka risiko terhadap 12
indikator SPM itu,” ucapnya.
Muda
berharap pemberian bantuan motor dapat menjadi pesan positif bagi masyarakat.
Yakni memicu keingintahuan warga terkait program Salju Terpadu. Masyarakat,
menurut dia, akan bertanya-tanya tentang program Salju. Dan pertanyaan tersebut
menjadi momentum petugas untuk menjelaskan dan sekaligus mengajak warga
berpartisipasi aktif.
“Jangan
dilihat hanya soal kendaraannya, tapi lihatlah semangatnya. Tujuannya
menyampaikan pesan kepada masyarakat. Misalnya masyarakat punya informasi warga
yang sakit dan perlu dikunjungi, maka kita lebih cepat mengetahui dan melayani
secara maksimal. Sehingga tidak terjadi ketelanjuran-ketelanjuran. Inilah yang
kita harapkan,” ujarnya.
Muda
menerangkan, jika ada partisipasi dari masyarakat, maka desa pun diharapkan
akan memprogramkan kebijakan terkait. Desa akan menyiapkan alokasi dan program.
Kemudian menggerakkan melalui RT dan RW.
“Nah,
akhirnya akan bertemu dengan program pemerintah daerah. Dengan pelayanan
keliling, desa mendukung dengan alokasi anggaran supaya ini makin bergerak.
Jadi kalau sudah atas-bawah mengepung, kita jadi jauh lebih cepat mendeteksi
persoalan sehingga tidak melebar dan terjadi ketelanjuran yang parah,”
jelasnya. (tim liputan)
Editor
: Heri K