
Industri penerbangan tetap menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca: industri ini melepaskan lebih dari 940 juta ton CO₂ ke atmosfer hanya pada tahun 2024. Pada saat yang sama, industri penerbangan meningkatkan produksi bahan bakar dari bahan baku terbarukan.
Meskipun pembakaran SAF juga menghasilkan karbon dioksida, emisi agregat di seluruh rantai produksi (dari bahan baku hingga penggunaan) hampir 80% lebih rendah daripada bahan bakar jet konvensional. Sementara produksi SAF global saat ini diperkirakan sekitar 2 juta ton per tahun, perusahaan-perusahaan besar memperkirakan akan meningkatkan produksi SAF menjadi 500 juta ton pada tahun 2050.
Minyak nabati bekas pakai dianggap sebagai salah satu bahan baku yang paling mudah diakses dan menarik secara ekonomi untuk SAF (Sustainable Aviation Fuel). Harganya lebih murah daripada bahan baku minyak bumi; pasar global untuk minyak nabati diperkirakan sekitar $7 miliar.
Minyak ini diproses dengan teknologi HEFA (High-Enhanced Fuel Oil), yang menghilangkan oksigen dari lemak menggunakan hidrogen dan mengubahnya menjadi campuran hidrokarbon. Campuran ini kemudian mengalami perengkahan dan isomerisasi, yang menghasilkan bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi bahan bakar penerbangan, diesel, dan bensin.
Terdapat dua pendekatan untuk proses HEFA. Dengan pendekatan klasik, reaksi dibagi menjadi dua tahap: oksigen dihilangkan untuk membentuk alkana normal, setelah itu sifat kinerja bahan bakar ditingkatkan.
Pendekatan yang lebih modern dan hemat biaya melibatkan proses satu tahap di mana hidrodeoksigenasi, hidroisomerisasi, dan hidrokraking parsial terjadi secara simultan pada satu katalis. Sistem-sistem inilah yang menjadi fokus penelitian di Institut Katalisis SB RAS.
Para ilmuwan sedang meneliti katalis bifungsional berbasis nikel dan molibdenum yang diaplikasikan pada pembawa yang mengandung zeolit. Tujuan mereka adalah untuk memahami bagaimana metode persiapan pembawa dan aplikasi komponen aktif memengaruhi efisiensi, selektivitas, dan keandalan katalis.
Di masa depan, solusi-solusi ini dapat menyederhanakan produksi bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan dan mengurangi biayanya secara signifikan. (tim Liputan)
Editor : Aan