![]() |
‘135 Menit’ Karya Stage Of Wawan Sofwan: Drama Historis tentang Pertemuan Diponegoro dan De Kock |
Pertunjukan yang ditampilkan hari ini mengangkat kembali peristiwa monumental dalam sejarah Indonesia: pertemuan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock pada 28 Maret 1830 di Magelang, yang hanya berlangsung selama 135 menit, namun menjadi titik balik dalam perjalanan perjuangan bangsa. (9/8/2025)
Selama kurang lebih satu jam, penikmat seni diajak mengikuti jalannya
perundingan yang menegangkan antara dua tokoh utama dengan latar ruang yang
sunyi. Naskah ini tidak hanya menghidupkan kembali momen sejarah yang
monumental, tetapi juga mengajak penikmat seni merefleksikan makna perjuangan,
kepercayaan, dan pengkhianatan. Di balik pengkhianatan itu, semangat dan tekad
Diponegoro tak pernah padam, justru abadi sebagai simbol perlawanan terhadap
penindasan.
“Pementasan teater 135 Menit
pada hari ini sangat sejalan dengan semangat Galeri Indonesia Kaya untuk terus
menghadirkan karya-karya seni pertunjukan yang bukan hanya menghibur, tetapi
juga memperkaya wawasan dan kesadaran kita terhadap perjalanan sejarah dan
budaya bangsa. Kami percaya bahwa seni memiliki peran penting dalam menjaga
ingatan kolektif masyarakat. Naskah yang diangkat dalam pertunjukan ini membawa
kita kembali pada salah satu momen paling menentukan dalam sejarah Indonesia.
Melalui pendekatan naskah yang kuat dan penggarapan yang mendalam, pertunjukan
ini membuka ruang bagi publik untuk mengingat, memahami, dan menghargai
nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan para pendahulu kita,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Willem Bevers, aktor senior yang memerankan tokoh Jenderal
De Kock dalam pertunjukan ini, menuturkan, “Bagi saya, karakter De Kock adalah
potret kompleks dari kekuasaan dan strategi kolonial yang sering tersembunyi di
balik meja perundingan. Melalui peran ini, saya ingin menyampaikan bahwa
sejarah bukan hanya soal kejadian, tetapi soal bagaimana kekuasaan
bekerja—diam-diam, tetapi menghancurkan.”
Sementara itu, Nusa sebagai
pemeran Diponegoro mengungkapkan bahwa proses kreatif 135 Menit menjadi ruang kontemplatif baginya. “Menjadi Diponegoro
di atas panggung bukan sekadar soal naskah atau peran, tetapi tentang menyelami
semangat perlawanan yang tak pernah mati. Ini bukan tentang masa lalu saja,
tapi tentang bagaimana kita sebagai generasi hari ini memaknai keberanian,
kehormatan, dan kepercayaan. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari
narasi besar ini.”
“Senang sekali bisa mendapat kesempatan kembali menghibur penikmat
seni di Galeri Indonesia Kaya hari ini, dan berkolaborasi bersama dua aktor
luar biasa, Willem Bevers dan Nusa Wicastya. Pementasan 135 Menit ini adalah upaya kami untuk menghidupkan kembali
perjalanan epik seorang Pahlawan Nasional, sekaligus menjadi pengingat 200
tahun Perang Jawa. Pertunjukan ini berangkat dari inisiasi saya secara pribadi
sebagai dramawan, dan melalui kelompok teater Stage Of Wawan Sofwan yang kami
dirikan dengan semangat baru untuk menampilkan karya-karya, baik yang baru
maupun lama. Dalam interpretasi yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
Semoga pertunjukan ini bisa memberikan pengalaman yang menyentuh dan membuka
wawasan baru bagi para penikmat seni,” ujar Wawan Sofwan, Sutradara
Pementasan ini juga menandai langkah penting bagi Stage Of Wawan Sofwan (SOWS), kelompok teater asal Bandung yang berdiri pada tahun 2020, diprakarsai oleh Wawan Sofwan—seorang dramawan dan pegiat teater senior yang telah mementaskan berbagai naskah teater dan monolog di panggung nasional.
Hadir dengan semangat terbarukan, SOWS berkomitmen untuk menampilkan
karya-karya teater, baik yang terbaru maupun naskah klasik, dengan interpretasi
yang relevan bagi penonton masa kini. Melalui eksplorasi artistik dan pendekatan
kreatif, SOWS menjadi ruang bagi seniman lintas generasi untuk merayakan,
menghidupkan, dan menafsirkan ulang narasi-narasi yang lahir dari kekayaan
sejarah dan budaya Indonesia. (Tim Liputan)
Editor : Aan