Kisah Anjar: Dari Trader Penuh Harapan Menjadi Pasien Rumah Sakit Jiwa

Editor: Redaksi author photo
Kisah Anjar: Dari Trader Penuh Harapan Menjadi Pasien Rumah Sakit Jiwa

KALBARNEWS.CO.ID (KUBU RAYA) Dulu, Anjar adalah suami yang hangat dan ayah dua anak yang selalu pulang tepat waktu. Kehangatan makan malam bersama, nonton film keluarga, hingga rutinitas akhir pekan ke taman menjadi momen kecil yang membahagiakan keluarganya. Namun semua berubah sejak Anjar mengenal trading.

 

Berawal dari iseng, Anjar mulai belajar melalui YouTube, grup Telegram, hingga membeli buku-buku trading. Yang tadinya hanya sekadar “tambahan tabungan”, perlahan berubah menjadi obsesi. Meja makan berubah jadi meja kerja. Laptop menyala 24 jam. Malam-malamnya dilalui dengan menatap grafik tanpa henti.

 

Hingga pada akhirnya, Anjar memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. “Aku bakal jadi full-time trader. Kita bakal lebih kaya dari sebelumnya,” katanya penuh keyakinan. Namun apa yang diyakininya ternyata menyeret keluarganya ke jurang kehancuran.

 

Setiap kerugian dibalas dengan posisi lebih besar. Setiap saran dianggap serangan. Ketika sang istri, Mirna, mencoba berbicara, ia malah diteriaki. Anak-anak mulai menjauh. Rumah yang dulu penuh tawa berubah menjadi ladang tekanan dan amarah.

 

Puncaknya terjadi ketika 780 juta rupiah—hasil pinjaman dari bank, keluarga, dan teman—hangus dalam satu malam. Semua hilang dalam satu posisi "pasti profit" yang ternyata justru menjadi akhir dari segalanya. Malam itu, Anjar mengurung diri, mengacak-acak kamar, mencabuti rambutnya, dan berbicara dengan candlestick di layar monitor.

 

Dinding kamarnya dipenuhi coretan grafik dan satu tulisan besar:
"Sistem gagal. Trader gagal. Hidup gagal."

 

Tak lama kemudian, Anjar mencoba mengakhiri hidupnya. Ia ditemukan berdarah di kamar mandi, dan sejak hari itu, Anjar tak pernah kembali seperti dulu lagi. Kini ia duduk sendiri di ruang isolasi rumah sakit jiwa, menggumamkan istilah-istilah teknikal: "Breakout... engulfing pattern... candle hijau sebentar lagi muncul..."

Di luar ruangan, Mirna hanya bisa menangis dalam diam.

 

"Dia bahkan tidak ingat namaku lagi. Yang dia ingat cuma grafik," lirihnya.

 

Seorang dokter berujar, “Kasus seperti ini makin banyak. Orang pikir trading hanya soal grafik dan cuan. Padahal, tanpa disiplin, kesadaran diri, dan mental yang sehat, grafik bisa jadi jebakan yang mematikan.”

 

Saat membersihkan laptop Anjar, Mirna menemukan satu tab yang masih terbuka. Sebuah forum diskusi trader. Thread terakhir yang dibuka berjudul: “Kebiasaan Sederhana yang Menyelamatkan Mental dan Akun Saya”

 

Thread itu berisi kisah nyata para trader yang pernah mengalami kerugian parah, namun berhasil bangkit hanya karena satu kebiasaan: membuat jurnal trading. Mencatat setiap transaksi, emosi saat entry, alasan keputusan, dan hasil evaluasi rutin.

 

Di akhir thread, ada tautan menuju Template Trading Journal. Mirna menyimpannya. Lama ia menatap layar sebelum berbisik: "Kalau saja Anjar pakai ini dari awal... mungkin kami masih satu meja makan sekarang." (redaksi).

 

Editor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini