KALBARNEWS.CO.ID (PALEMBANG) - Asap
tipis mulai menjalari langit Sumatera Selatan. Kemarau belum sepenuhnya tiba,
namun bara api sudah lebih dulu muncul di beberapa wilayah seperti Musi
Banyuasin, Ogan Ilir, dan Muara Enim. Melihat kondisi ini, negara tak tinggal
diam. Pemerintah pusat langsung turun tangan.
Pada hari Selasa (29/7), Kepala
BNPB Letjen TNI Suharyanto bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,
Hanif Faisol Nurofiq, mengunjungi “Bumi Sriwijaya”. Mereka hadir bukan untuk
seremoni, melainkan untuk memastikan seluruh kesiapsiagaan menghadapi ancaman
kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berjalan maksimal.
Lapangan Griya Agung, Palembang,
berubah menjadi pusat apel siaga karhutla. Sejumlah helikopter, drone,
kendaraan pemadam, dan peralatan taktis dipamerkan. Ribuan personel gabungan
dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, hingga Masyarakat Peduli Api berdiri
tegap di bawah terik matahari, siap mengawal musim kering yang mengancam.
Selepas apel, satu helikopter
jenis Dauphin mengangkasa membawa Kepala BNPB dan rombongan untuk memantau
langsung titik-titik api dari udara. Di darat, para satgas telah bekerja tanpa
henti dalam tiga hari terakhir. Di Muara Enim, dari enam hektare lahan yang
terbakar, dua hektare berhasil dipadamkan. Sisanya terus dikejar dengan kerja
siang dan malam.
Pemerintah tak hanya mengandalkan
kekuatan manusia. Teknologi turut digerakkan. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC)
telah dilakukan sejak sepekan lalu. Hasilnya mulai terlihat: langit Palembang
beberapa kali mendung, bahkan gerimis tipis sempat turun—pertanda bahwa harapan
masih ada.
Namun, tantangan sesungguhnya
belum selesai. Menurut prediksi BMKG, sepuluh hari pertama di bulan Agustus
akan menjadi puncak kekeringan. Karena itu, Kepala BNPB dan Menteri LH
mengingatkan agar pencegahan dan edukasi kepada masyarakat terus diperkuat.
"Begitu api menyala dan
menyebar, semuanya bisa terlambat. Pencegahan adalah kunci,” tegas Letjen TNI
Suharyanto di hadapan peserta apel.
Kini, Sumsel tengah bertaruh
dengan alam. Tapi jika semua elemen terus bergerak serempak, semangat gotong
royong menyatu, dan kesadaran kolektif menguat, bara bisa dikalahkan. Langit
bisa kembali biru. Dan bumi Sriwijaya, kembali bernapas lega. (tim liputan).
Editor : Heri