Nilai Tukar Petani Kalbar Turun 1,28 Persen pada Mei 2025, Subsektor Perkebunan Jadi Pemicu Utama

Editor: Redaksi author photo

 Nilai Tukar Petani Kalbar Turun 1,28 Persen pada Mei 2025, Subsektor Perkebunan Jadi Pemicu Utama
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) -  Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat mencatat bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) di Kalimantan Barat pada Mei 2025 mengalami penurunan sebesar 1,28 persen menjadi 168,63 poin, dibandingkan posisi April 2025 yang tercatat sebesar 170,81 poin. Penurunan ini mencerminkan adanya penurunan daya beli petani di perdesaan, serta penurunan daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun yang digunakan untuk produksi. (2/6/2025)


NTP merupakan indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan petani. Penurunan NTP terjadi ketika indeks harga yang diterima petani (It) menurun lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Pada Mei 2025, It turun sebesar 1,55 persen, dari 210,60 menjadi 207,34 poin, sementara Ib turun lebih ringan yaitu 0,27 persen, dari 123,30 menjadi 122,96 poin.


Penurunan Ditopang Subsektor Perkebunan Rakyat

Dari lima subsektor pertanian yang menjadi komponen pembentuk NTP, hanya satu yang mengalami penurunan yaitu Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang turun sebesar 1,88 persen. Penurunan ini dipicu oleh merosotnya harga beberapa komoditas utama seperti kelapa sawit, karet, cengkeh, dan pinang.

Sementara itu, empat subsektor lainnya justru mengalami kenaikan NTP, yaitu:

  • Subsektor Tanaman Pangan naik 1,04 persen,

  • Subsektor Hortikultura naik 0,69 persen,

  • Subsektor Peternakan naik 0,67 persen, dan

  • Subsektor Perikanan naik 0,69 persen.


Indeks Harga Diterima dan Dibayar Petani

Penurunan It pada Mei 2025 didominasi oleh merosotnya harga komoditas kelapa sawit dan karet, yang merupakan komoditas andalan petani perkebunan rakyat. Selain itu, harga cabai rawit dan cabai merah juga tercatat menurun, turut memengaruhi nilai tukar di subsektor hortikultura.


Sementara itu, penurunan Ib dipengaruhi oleh turunnya harga barang-barang konsumsi rumah tangga petani, seperti cabai rawit, bawang merah, sawi hijau, kacang panjang, dan bawang putih. Penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) tercatat sebesar 0,44 persen, memberikan kontribusi pada menurunnya Ib secara keseluruhan.


Rincian NTP per Subsektor

1. Tanaman Pangan:
NTP subsektor ini naik 1,04 persen karena It naik 0,65 persen dan Ib turun 0,39 persen. Kenaikan It didorong oleh naiknya harga gabah (padi), meskipun harga jagung dan ketela rambat mengalami sedikit penurunan.


2. Hortikultura:
NTP naik 0,69 persen. It naik 0,40 persen karena peningkatan harga buah-buahan seperti jeruk dan nanas, sementara kelompok sayuran dan tanaman obat justru menurun.


3. Perkebunan Rakyat:
Merupakan subsektor dengan penurunan paling signifikan, yakni 1,88 persen. Harga kelapa sawit dan karet sebagai komoditas utama anjlok, menyebabkan penurunan tajam pada It subsektor ini.


4. Peternakan:
NTP naik 0,67 persen seiring meningkatnya harga sapi, babi, kambing, dan ayam. Sementara harga telur ayam ras turun sedikit. Penurunan Ib turut mendorong peningkatan NTP.

5. Perikanan:
NTP naik 0,69 persen. Kenaikan harga hasil perikanan tangkap mendorong It naik 0,42 persen. Meski harga perikanan budidaya menurun, kontribusinya tertutup oleh penguatan perikanan tangkap.


Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan

Secara terpisah, Nilai Tukar Nelayan (NTN) tercatat naik 0,89 persen pada Mei 2025. Kenaikan ini ditopang oleh peningkatan harga komoditas ikan air tawar seperti ikan lais, saluang, dan gabus, serta ikan laut seperti ikan kembung, tongkol, dan cumi-cumi.


Sebaliknya, Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) mengalami penurunan 0,22 persen, disebabkan oleh penurunan harga ikan mas, bawal, gurame, nila, bandeng, dan kakap. Walau Ib juga menurun, penurunan It lebih besar sehingga menggerus NTPi.


Perbandingan Regional dan Nasional

Menariknya, meskipun mengalami penurunan terdalam di antara lima provinsi di Pulau Kalimantan, Kalimantan Barat masih mencatatkan NTP tertinggi secara regional sebesar 168,63 poin. Di tingkat nasional, NTP Mei 2025 naik tipis sebesar 0,07 persen, dari 121,06 menjadi 121,15 poin.


Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalimantan Barat juga mengalami penurunan sebesar 1,82 persen, dari 176,17 menjadi 172,96. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya It dan naiknya indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,28 persen.


Dari sisi subsektor, hanya Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mengalami penurunan NTUP sebesar 2,47 persen, sementara empat subsektor lainnya mengalami kenaikan.

Kelompok Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga

Berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan indeks terjadi pada:

  • Makanan, Minuman, dan Tembakau (-0,72%)

  • Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (-0,03%)

  • Transportasi (-0,05%)

Sementara itu, beberapa kelompok mengalami kenaikan, seperti:

  • Kesehatan (+0,19%)

  • Rekreasi, Olahraga, dan Budaya (+0,31%)

  • Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya (+0,16%)

Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Pendidikan tercatat tidak mengalami perubahan indeks.


Meskipun Kalimantan Barat mencatatkan NTP tertinggi se-Kalimantan, penurunan signifikan subsektor perkebunan rakyat memberi sinyal tekanan terhadap kesejahteraan petani, terutama yang menggantungkan hidup dari kelapa sawit dan karet. Kenaikan di subsektor lain belum mampu menutup penurunan tersebut secara keseluruhan. Pemerintah daerah dan pemangku kebijakan perlu mencermati gejolak harga dan segera merespons kondisi ini dengan langkah-langkah perlindungan pendapatan petani, khususnya di sektor perkebunan. ( Tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini