Desa sebagai Pemasok Utama dalam Program Makan Bergizi Gratis

Editor: Redaksi author photo

Desa sebagai Pemasok Utama dalam Program Makan Bergizi Gratis

KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA) - 
Program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang telah dimulai sejak 6 Januari 2025 melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya. Salah satu langkah penting dalam menyukseskan program ini adalah dengan melibatkan desa-desa sebagai pemasok kebutuhan pangan. 


Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT), Ahmad Riza Patria, menyampaikan bahwa Presiden Prabowo meminta agar seluruh kebutuhan dalam program MBG dapat dipasok dari desa-desa. Dengan demikian, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) diharapkan dapat aktif berpartisipasi dalam menyediakan bahan pangan yang diperlukan.


Keikutsertaan desa-desa dalam program ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat desa. 


Dengan adanya perputaran uang di usaha desa yang berpartisipasi dalam program MBG, pertumbuhan ekonomi desa diperkirakan dapat meningkat hingga 4 sampai 7 kali lipat. Pemerintah berharap bahwa seluruh desa dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk berkontribusi dalam pembangunan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan warga desa dan mengurangi jumlah desa tertinggal.


Pemerintah juga telah memiliki regulasi yang mengatur keikutsertaan desa dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2023, ditetapkan bahwa minimal 20 persen dari dana desa harus dialokasikan untuk ketahanan pangan. 


Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan bahwa desa dapat mendukung swasembada pangan dan secara aktif berkontribusi dalam menjaga ketersediaan bahan pangan yang berkualitas bagi masyarakat.


Sebagai bagian dari strategi penguatan ketahanan pangan, pemerintah berencana membentuk desa tematik yang disesuaikan dengan potensi lokal masing-masing daerah. Konsep desa tematik ini bertujuan untuk mendorong desa agar dapat fokus dalam memproduksi bahan pangan tertentu yang sesuai dengan sumber daya alam yang dimiliki. 


Misalnya, suatu desa yang memiliki potensi dalam pertanian cabai dapat dikembangkan menjadi kampung cabai, sementara desa yang memiliki potensi perikanan dapat difokuskan menjadi kampung ikan gabus. Dengan adanya desa tematik, diharapkan desa-desa dapat berkembang lebih cepat dan bahkan mampu menembus pasar ekspor.


Selain itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa program MBG juga dapat menjadi peluang untuk menampilkan potensi pangan lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam pernyataannya, ia menyebutkan bahwa menu MBG di setiap daerah dapat disesuaikan dengan kebiasaan konsumsi dan sumber daya lokal yang tersedia. 


Sebagai contoh, daerah yang terbiasa mengonsumsi serangga seperti belalang atau ulat sagu dapat menjadikan bahan tersebut sebagai sumber protein dalam menu MBG mereka. Namun, ia menegaskan bahwa konsep ini bukan merupakan standar menu nasional, melainkan hanya sebagai ilustrasi bahwa komposisi gizi dalam program MBG dapat disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal di masing-masing daerah.


Kebijakan ini juga membuka peluang bagi daerah-daerah yang memiliki sumber daya laut untuk memanfaatkan ikan sebagai sumber protein utama dalam menu MBG mereka. Dengan demikian, program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan gizi masyarakat, tetapi juga mendorong pemanfaatan sumber daya pangan yang berkelanjutan dan sesuai dengan kearifan lokal. 


Pemerintah berharap bahwa dengan keterlibatan desa dalam penyediaan pangan untuk MBG, akan tercipta ekosistem ekonomi yang lebih kuat di tingkat desa, yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan desa menuju status desa mandiri.


Dengan adanya berbagai langkah dan kebijakan ini, diharapkan bahwa program MBG dapat berjalan dengan efektif dan memberikan manfaat yang luas, baik dalam aspek peningkatan gizi masyarakat maupun dalam mendorong pertumbuhan ekonomi desa. 


Pemerintah terus mendorong sinergi antara berbagai pihak, termasuk BUMDES, UMKM, dan koperasi, agar dapat bersama-sama mendukung keberhasilan program ini. Ke depan, program MBG tidak hanya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat menjadi salah satu pilar penting dalam ketahanan pangan nasional dan pembangunan desa berkelanjutan. (Tim Liputan).

Editor : Lan

Share:
Komentar

Berita Terkini