Kecanggihah Stetoskop AI

Editor: Redaksi author photo

Kecanggihah Stetoskop AI

KALBARNEWS.CO.ID (JAKARTA)
- Pemeriksaan deteksi dan diagnosis jantung dengan stetoskop seiring waktu berkembang yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Pertama, ada stetoskop elektronik yang membantu dokter mendengarkan jantung dengan lebih mudah melalui amplifikasi suara dan teknologi peredam bising.


Kedua, alat telemonitoring memungkinkan dokter mendengarkan detak jantung dari jarak jauh berkat teknologi nirkabel, merujuk informasi dari Cleveland Clinic. Ketiga, alat yang menggabungkan stetoskop dan elektrokardiogram (EKG) yang memungkinkan dokter mendengarkan dan mengamati irama jantung secara bersamaan.


Penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pun menjanjikan dalam diagnosis penyakit jantung. Salah satunya, penggunaan stetoskop pintar berteknologi AI.


Menurut dr. Anwar Santoso, AI-smart stethoscope akan menjadi keniscayaan dalam praktik kedokteran di masa depan. Karena akan meningkatkan keandalan (reliability) dan akurasi (accuracy) diagnosis dengan stetoskop konvensional yang auskultasi, mendengarkan suara jantung.


“Prinsip dari AI adalah mengumpulkan banyak data (big data) dari suara jantung dan bunyi murmur suara jantung dan akan ditangkap serta dianalisis dalam berbagai algoritma dan juga dilakukan analisis bootstrapping,” lanjutnya.


“Sehingga akan lebih meningkat akurasi penggunaan diagnosis secara auskultasi. Dampak dari teknologi AI ini amat bermanfaat untuk skrining oleh dokter layanan primer di Puskesmas dan klinik-klinik sebelum dirujuk ke rumah sakit.”


Pemanfaatan Stetoskop AI


Di Inggris, terdapat penelitian uji coba penggunaan stetoskop yang dilengkapi dengan teknologi AI untuk membantu dokter meningkatkan deteksi dini gagal jantung bagi pasien dan mengurangi biaya perawatan.


Penelitian yang dilakukan di National Heart and Lung Institute and Centre for Cardiac Engineering, Imperial College London, London, Inggris ini diterbitkan dalam jurnal berjudul, Point-of-care screening for heart failure with reduced ejection fraction using artificial intelligence during ECG-enabled stethoscope examination in London, UK: a prospective, observational, multicentre study.


Jurnal yang terbit di The Lancet Digital Health pada 5 Januari 2022 melaporkan bahwa para peneliti melakukan penggabungan algoritma stetoskop AI baru dengan EKG. Hasilnya, perangkat mampu mendeteksi gagal jantung dengan tingkat sensitivitas (91 persen) dan spesifisitas yang tinggi (80 persen) dibandingkan dengan tes diagnostik rutin yang invasif dan mahal.


Temuan ini menyoroti potensi skrining penyakit jantung di tempat perawatan yang murah dan dilakukan secara non-invasif untuk diagnosis dan pengobatan lebih dini.


Selanjutnya, teknologi AI di atas diujicobakan secara nasional di layanan kesehatan primer di Inggris untuk membantu dokter dalam mengevaluasi gagal jantung. Proyek ini menilai, apakah perangkat stetoskop AI berkemampuan EKG dapat meningkatkan diagnosis gagal jantung.


Dipimpin oleh para peneliti di Imperial College London, uji coba baru ini melibatkan 100 praktik dokter umum di barat laut London dan Wales Utara serta merekrut lebih dari 3 juta pasien untuk menerima pemeriksaan stetoskop AI atau melanjutkan perawatannya.


Selain itu, pemanfaatan stetoskop dengan teknologi canggih juga dapat mendiagnosis pneumonia.


Sebuah proyek kolaborasi antara para insinyur, dokter, dan pakar kesehatan masyarakat di Johns Hopkins University, Baltimore, Amerika Serikat membuat perangkat teknologi digital untuk menangkap suara yang dilengkapi peredam bising, dan AI untuk membantu petugas kesehatan membuat diagnosis pneumonia yang akurat.


Perangkat berupa stetoskop pintar (smart stethoscope) dapat digunakan di seluruh dunia untuk mencegah anak-anak meninggal karena pneumonia. Stetoskop elektronik yang lebih modern dapat memperkuat suara.


Perangkat medis yang diaplikasikan dengan teknologi pendukung ini dapat menyaring kasus pneumonia dengan membedakan yang normal dan yang tidak normal pada pola pernapasan, khususnya mencari suara mengi yang dapat mengindikasikan adanya cairan dan peradangan di paru-paru.


Studi pengujian untuk menilai seberapa baik stetoskop elektronik berfungsi di lingkungan yang bising dan seberapa akurat diagnosis pneumonia di seluruh populasi pasien yang beragam. Peneliti juga mengevaluasi suara paru-paru, kemudian memvalidasi diagnosis dengan membandingkannya dengan diagnosis yang dibuat melalui rontgen dada dan penilaian pendengaran dari para ahli pulmonologi.


Studi di atas tertuang dalam jurnal berjudul, The Stethoscope Gets Smart: Engineers from Johns Hopkins are giving the humble stethoscope an AI upgrade, yang dipublikasikan di HHS Public Access pada Februari 2019.


Butuh Pemeriksaan Penunjang


Di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI sudah merekomendasikan deteksi dini penyakit jantung sangat dianjurkan pada orang-orang usia di atas 40 tahun dan juga kelompok risiko tinggi, misalnya pada mereka yang memiliki hipertensi atau diabetes.


Untuk memeroleh hasil diagnosis akurat, terdapat skrining atau pemeriksaan penunjang, yaitu dengan rekam jantung (elektrokardiografi), treadmill test, USG jantung (ekokardiografi) dan lainnya.


Selaras dengan rekomendasi di atas, dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr. Anwar Santoso menegaskan, upaya penegakan “diagnosis pasti” dari semua penyakit jantung dan pembuluh darah tetap membutuhkan alat-alat penunjang.


“Dibutuhkan alat-alat penunjang seperti Chest X-ray, pemeriksaan laboratorium terkait, Echocardiography, cardiac-MRI, dan CT-scan. Masing-masing pemeriksaan penunjang tersebut ada indikasi untuk penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang sudah saya sebutkan tadi,” tegasnya. (tim Liputan)

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini