Bangun HPP Untuk Menyediakan Listrik Bagi 4 Juta Orang
KALBARNEWS.CO.ID (TANZANIA) -
Pemerintah Tanzania dan Badan Pembangunan Perancis (AFD) telah menandatangani
perjanjian untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (HPP) berbasis
bendungan di Sungai Kagera, salah satu yang terbesar di Afrika Timur. HPP
berkapasitas 88 megawatt (MW) ini akan mampu menyuplai listrik untuk 3 hingga 4
juta orang, mengurangi potensi emisi gas rumah kaca sebesar 216.000 ton per
tahun, yang setara dengan 0,3% emisi tahunan Tanzania.
Proyek ini juga merencanakan pembangunan jalur
transmisi listrik sepanjang 39 kilometer untuk mengalirkan listrik ke jaringan
umum melalui gardu induk Kyaka yang sudah beroperasi, yang juga akan
direnovasi. Total biaya proyek ini akan mencapai $307 juta, dimana $271
juta akan terdiri dari pinjaman yang diberikan oleh AFD dan Bank Pembangunan
Afrika. Pinjaman tersebut juga akan digunakan untuk melindungi ningu
(Labeo victorianus), sejenis ikan air tawar, yang ditemukan di danau dan delta
sungai di Afrika Timur, dan hampir punah.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga air baru akan memungkinkan Tanzania untuk mengatasi sebagian masalah defisit energi. Menurut Bank Dunia, pada tahun 2020, hanya 40% warga Tanzania yang memiliki akses terhadap jaringan listrik, sementara di daerah pedesaan jumlahnya hanya 22% (tidak ada data terbaru yang tersedia).
Bahan bakar fosil memainkan peran penting
dalam sistem pasokan listrik di negara ini: menurut pusat penelitian Ember,
pembangkit listrik berbahan bakar gas dan generator diesel menyumbang 55% dari
output listrik negara pada tahun 2021, dengan HPP bertanggung jawab atas 37%
dan sisanya. 8% diwakili oleh unit biomassa dan panel surya.
Pada saat yang sama, Tanzania sedang mengalami ledakan
populasi: dalam periode tahun 2000 hingga 2021, populasi negara tersebut tumbuh
lebih dari 80% (dari 34,5 juta orang menjadi 63,6 juta orang). Meningkatnya
permintaan energi memerlukan kapasitas pembangkit listrik baru untuk
dioperasikan, termasuk pembangkit listrik tenaga air, yang memiliki tingkat
pertumbuhan kapasitas tertinggi di Afrika di antara semua jenis sumber energi
terbarukan (RES): IRENA memperkirakan bahwa pada tahun 2022 terdapat 2,7 GW
RES- pembangkit listrik berbasis energi yang dioperasikan di wilayah tersebut,
dimana 1,3 GW diwakili oleh HPP dan 1,4 GW sisanya oleh panel surya (1 GW),
generator angin (0,3 GW) dan unit panas bumi (0,1 GW).
Masalah defisit energi harus diatasi dengan penggunaan sumber energi yang ada secara lebih efisien, seperti yang disampaikan sebelumnya oleh Abel Didier Tella, Direktur Jenderal Asosiasi Perusahaan Listrik Afrika. “Selama 3–5 tahun ke depan, kita mempunyai dua jalur yang harus dilakukan: beberapa negara akan berupaya menyediakan akses universal terhadap energi sementara negara lain akan berupaya menciptakan sektor energi yang lebih cerdas.
Kedua strategi ini berjalan beriringan. Di masa
lalu, orang ingin mempunyai energi dan tidak memikirkan bagaimana cara
menggunakannya dengan lebih efisien. Saat ini, jika kita memiliki energi,
kita harus menggunakannya secara efisien sejalan dengan teknologi cerdas, agar
kita bisa melakukan sebanyak mungkin dengan memanfaatkan apa yang ada,”
tegasnya pada konferensi Regional to Global: Africa yang diselenggarakan oleh
Global Energy Association. pada bulan Februari 2023.(Tim Liputan)
Editor : Aan