Pemimpin Sejatinya Seorang Pemimpi

Editor: Redaksi author photo

Dosen IAIS Sambas Bayu, M.Pd

KALBARNEWS.CO.ID (SAMBAS)
- Pemimpin sejatinya dan seharusnya adalah seorang pemimpi. Kita tidak bisa berharap banyak dari pemimpin yang tidak bisa bermimpi. Sama halnya kita tidak bisa berharap kepada pemimpi yang tidak bisa memimpin. Pemimpi dan pemimpin adalah dua sisi mata uang koin yang tak bisa dipisahkan dan memang, sebaiknya jangan dipisah-pisahkan.


Mimpi seorang pemimpin adalah masa depan orang-orang yang dipimpinnya. Tapi tolong bedakan antara mimpi dan halusinasi! Karena hari ini tak sedikit pemimpin yang merasa dirinya sedang bermimpi tentang masa depan tapi sebenarnya tidak.


Mereka hanya berhalusinasi mencampurkan antara fakta dengan realitas sehingga lebih sering marah tak karuan daripada memberikan solusi. Tak sedikit yang merasa dihantui sesuatu yang tidak jelas, mungkin terlalu banyak menyembunyikan masalah di masa lalu dan takut sewaktu-waktu muncul menggerogoti.


Makanya kalau ada pemimpin yang tampak seakan-akan gagah dan tegas dalam mengambil keputusan tapi gagal berargumentasi membela keputusannya alias ngawur melawan akal sehat, itu tanda-tanda jelas kalau pemimpin itu sedang berhalusinasi. 


Apalagi kalau lebih juga memilih menyalahkan orang lain disekitarnya daripada berintrospeksi mengukur tindakan-tindakannya maka pemimpin itu bukan hanya berhalusinasi tetapi sekaligus mengalami paranoid.


Kalau kamu pemimpin tetapkan menjadi jarum yang tajam membawa orang-orang yang kamu pimpin yang laksana benang kelindang, jangan berputar tak tentu arah yang akan membuat benang kusut hingga sulit diurai. 


Maka bila kamu lurus, benang di belakangmu akan ikut lurus, maka yang dipimpin akan dapat mengikuti kebenaran sejati karena kamu menjadi jarum bagi mereka, menjadi rahmat bagi keselamatan dunia akhirat.


Maka kalau kamu pemimpin menjadi ibarat angin, maka pengikutmu adalah ibarat dedaunan di pokok kayu. Maka ketika kamu bertiup kamu bisa memilih menggugurkan daun kering yang tak lagi berpegangan pada ranting dan dahan yang sehat dan seakar denganmu. 


Maka bila kamu melanggarnya, berarti kamu sedang melawan hukum alam, dan kalau kami menolak gugur tidak pada waktunya, itu bukanlah pembangkangan apalagi penghianatan. Maka berhentilah berhalusinasi apalagi paranoid tentang kesetiaan kami, karena itu tak baik bagimu, pengikutmu, rakyatmu dan tanah airmu. (Tim liputan)

Editor : Aan



Share:
Komentar

Berita Terkini