KALBARNEWS.CO.ID (SINGAPURA) -- Menurut Global
Economic Conditions Survey (GECS) terbaru yang dirilis ACCA
(the Association of Chartered Certified Accountants) dan IMA® (Institute
of Management Accountants), tingkat keyakinan terhadap prospek ekonomi tetap berada di
bawah angka median selama dekade terakhir akibat kekhawatiran inflasi dan
lesunya bisnis. Rabu (9 November 2022)
Tingkat Keyakinan Akuntan Triwulan III-2022: Pesimisme Disertai Beberapa Prospek Cerah
GECS Triwulan
III-2022, survei ekonomi rutin dengan skala terbesar yang melibatkan akuntan di
seluruh dunia, dapat diakses di tautan ini. Survei tersebut berlangsung
pada 2-14 September 2022 dan mengumpulkan 905 respons.
Secara global, survei ini menemukan,
hampir tiga perempat pelaku usaha berkutat dengan lonjakan biaya. Sebagian
besar responden pun menghadapi tekanan biaya yang semakin besar selama dekade
terakhir. Bahkan, lebih dari satu di antara tiga responden khawatir
pendapatannya menurun, dan jumlah responden yang serupa juga menganggap gejolak
nilai tukar mata uang sebagai ketidakpastian, dan resesi pun mendominasi
prospek ekonomi terkini.
Dua tren melatarbelakangi iklim usaha yang tidak menentu ini. Pertama, semakin banyak responden "kesulitan memperoleh pembayaran secara cepat", bahkan angkanya mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Hal ini mungkin menjadi sinyal awal dari
sejumlah perusahaan yang mengalami kesulitan arus kas. Lebih lagi, survei ini mengungkap,
jumlah responden yang "kesulitan mengakses pembiayaan" meningkat
secara signifikan di tengah kebijakan moneter yang sangat ketat dalam 40 tahun
terakhir sehingga berpotensi mengimbas likuiditas perusahaan.
Data survei terus mencatat, tingkat
keyakinan atas prospek ekonomi tetap berada di bawah angka median selama dekade
terakhir, sedangkan, tiga indikator lainnya lebih berkaitan dengan aktivitas
ekonomi—pesanan baru, anggaran belanja modal, dan tingkat
pengangguran—menunjukkan penurunan. Secara keseluruhan, rangkaian indikator
tersebut konsisten dengan pertumbuhan global yang lebih lambat hingga akhir
tahun ini, bersamaan dengan tekanan inflasi yang terus melonjak.
"Tingkat kekhawatiran bertambah besar akibat lonjakan tingkat suku bunga yang merespons kenaikan inflasi dan kebijakan moneter yang kian ketat. Kondisi tersebut menimbulkan risiko perlambatan ekonomi global yang lebih buruk dari ekspektasi dunia bisnis pada 2023," ujar Dr. Josh Heniro, Senior Director, Asia Tenggara, IMA. Mengomentari prospek Asia Pasifik, dia menambahkan, "Sisi baik dari pasar Asia Pasifik terletak pada kebijakan moneter yang tetap akomodatif, dan lonjakan inflasi yang masih dapat ditoleransi dibandingkan wilayah lain.
Hal tersebut dapat menjadi alasan di
balik membaiknya tingkat keyakinan di antara responden kami."
Survei ini juga mengungkap, tingkat
keyakinan kian beragam di sejumlah wilayah. Misalnya, tingkat keyakinan
di Amerika Utara dan Eropa Barat tercatat lebih rendah, sehingga
bertolak belakang dengan sikap yang lebih optimis di kalangan responden Timur
Tengah dan Asia Selatan.
"Global Economic Conditions
Survey terbaru menunjukkan tantangan yang tengah terjadi di ekonomi dunia,
cerminan dari kondisi ekonomi yang semakin memburuk setelah invasi Rusia di
Ukraina, kebijakan moneter yang bertambah ketat di negara-negara utama, serta
krisis biaya hidup," jelas Jamie Lyon, Head, Skills, Sectors
and Technology, ACCA. "Salah satu risiko utama terletak
pada seberapa besar dan cepat bank sentral memperketat kebijakan moneter dalam
beberapa bulan mendatang demi mengatasi tekanan inflasi, serta apakah ekonomi
dunia berpotensi berjalan lebih lamban dari ekspektasi pemimpin bisnis pada
2013."
ACCA (Association of Chartered
Certified Accountants) adalah asosiasi profesi akuntan yang berskala global.
ACCA memiliki komunitas global yang
terus berkembang, dan terdiri atas 241.000 anggota serta 542.000 calon
anggota di 178 negara dan wilayah yang bekerja di berbagai jenis
sektor dan industri. ACCA menjunjung prinsip dan etika profesional
tertinggi.
ACCA menawarkan kesempatan berkarier
yang menjanjikan di bidang akuntansi, keuangan, dan manajemen untuk semua orang
di lokasi mana pun. Kualifikasi dan kesempatan belajar ACCA membekali pemimpin
bisnis strategis dan praktisi visioner dengan keahlian keuangan, bisnis, dan
digital yang berperan besar dalam menciptakan perusahaan berkelanjutan dan
masyarakat yang berkembang.
Sejak 1904, ACCA menjadi lembaga yang
memperjuangkan kepentingan umum, seperti yang tercantum dalam prinsip ACCA. Pada Desember 2020, ACCA
berkomitmen terhadap Target Pembangunan Berkelanjutan PBB. Komitmen
ini diukur dan dilaporkan dalam laporan tahunan ACCA.
ACCA menilai bahwa akuntansi
merupakan profesi yang menjadi tulang punggung masyarakat, serta berperan vital
membantu ekonomi, perusahaan, dan individu agar berkembang dan mencapai
kesejahteraan.
Lewat riset mutakhir, ACCA memimpin
profesi ini dengan menjawab isu-isu masa kini, dan bersiap menghadapi masa
depan. ACCA adalah lembaga nirlaba.
IMA® IMA® adalah
salah satu asosiasi terbesar dan paling berpengaruh yang mengembangkan profesi
akuntansi manajemen.
Secara global, IMA mendukung profesi
tersebut melalui riset, program CMA® (Certified Management
Accountant) dan CSCA® (Certified in Strategy and
Competitive Analysis), pendidikan lanjutan, jejaring, serta memperjuangkan
praktik bisnis yang paling etis.
IMA telah dua kali meraih penghargaan
"Professional Body of the Year" dari The
Accountant/International Accounting Bulletin. IMA memiliki jaringan global
yang mencakup sekitar 140.000 anggota di 150 negara dan 350 cabang
profesional dan unit kegiatan mahasiswa (student chapters).
Berkantor pusat di Montvale, N.J., Amerika Serikat, IMA menyediakan
layanan lokal melalui empat wilayah kerja di dunia: Amerika, Asia/Pasifik,
Eropa, dan Timur Tengah/India. (Tim Liputan)
Editor : Aan