KALBARNEWS.CO.ID
(PONTIANAK) - Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Kalimantan
Barat, Santyoso Tio mengharapkan adanya penanganan satu pintu dan regulasi yang
jelas dari pemerintah untuk kelancaran aktivitas ekspor dan impor di perbatasan
Kalbar.
Rabu (30 November 2022).Kadin Kalbar Minta Penanganan Satu Pintu Perdagangan Di Perbatasan
"Dengan adanya kegiatan BIMP-EIGA yang
dilaksanakan kemarin di Kalbar, kita tentu berharap akan membuka peluang
kerjasama antar negara yang semakin luas, sehingga proses ekspor-impor di
perbatasan bisa berjalan lebih baik. Untuk
itu, tentu diperlukan regulasi yang jelas dari pemerintah," kata Santyoso
Tio.
Dia mengatakan, dalam menjalankan usaha, setiap
pengusaha menginginkan kepastian hukum, kepastian prosedur sehingga setiap
proses perdagangan yang dilakukan bisa lebih lancar.
"Untuk itu kita mengharapkan ada tim atau
penanganan satu pintu di perbatasan yang mengurus perdagangan ini, sehingga
setiap pedagang yang akan mengekspor bisa mendapatkan informasi regulasi dan
tarif yang jelas. Jangan sampai ada pedagang yang akan mengekspor barang lalu
bingung kerana ada regulasi yang tidak diketahuinya," tuturnya.
Dia mencontohkan, belum lama ini ada eksportir
yang akan mengekspor kambing ke Malaysia, namun kambing itu tertahan di
perbatasan karena dia tidak mengetahui adanya prosedur karantina. Hal tersebut
menyebutkan banyak hewan ternak itu mati sebelum dikirim.
"Ini tentu tidak kita inginkan, sehingga jika
ada penanganan satu pintu di perbatasan, maka berbagai informasi bisa didapat
dengan mudah disana," katanya.
Saat ini, lanjutnya, ekspor kita sudah meningkat,
khususnya untuk buah-buahan. Namun potensi kita sebenarnya lebih besar,
sehingga perlu adanya sistem yang jelas untuk ekspor-impor tersebut.
Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan BIMP-EAGA
Business Council (BEBC), masih menurut dia, sudah menyusun strategi untuk
menyukseskan konektivitas dan perdagangan di perbatasan negara.
"Hari ini, Kadin Indonesia bersama BIMP-EAGA
Business Council (BEBC) dalam pertemuan board meeting merumuskan semua masalah dari daerah
perbatasan antara empat negara anggota BIMP-EAGA termasuk program dalam
menyukseskan masalah konektivititas dan cross border trade," kata Chairperson BIMP-EAGA Committee
Indonesion Chamber Of Commerce and Industry, Ira Kusumawardani di Pontianak
belum lama ini.
Dari hasil pertemuan tersebut perwakilan setiap
negara merekomendasikan beberapa program untuk dirembukkan di Senior Official
Meeting yang akan dilaksanakan besok.
"Kami berharap kerja sama empat negara ini
agar program BEBC bisa menyukseskan dan mengembangkan daerah perbatasan terkait
masalah konektivitas dan cross border trade," tuturnya.
Menurutnya, dengan adanya kelancaran perdagangan
di perbatasan negara, maka hukum dan regulasi yang akan dibuat diharapkan bisa
lebih memudahkan para eksportir untuk dapat mengekspor produk-produk dari
Indonesia ke Brunei, Malaysia dan Filipina, begitu juga sebaliknya.
"Karena 60 persen UMKM dari Indonesia akan
promosikan produk kita agar bisa dipasarkan masuk ke pasar ekspor terutama ke
negara Brunei, Malaysia dan Filipina. Itu tujuan kita, maka dari itu,
konektivitas harus berjalan lancar," kata Santyoso.(Tim Liputan)
Editor : Aan