Moderasi Beragama Di IAIN Pontianak

Editor: Redaksi author photo

Moderasi Beragama Di IAIN Pontianak
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) - Pentingnya memaknai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H dengan mewarisi sikap toleransi beragama menjadi poin penting dalam kuliah umum moderasi beragama yang dilaksanakan di Aula Kampus IAIN Pontianak. Kamis (27 Oktober 2022).

Rektor IAIN Pontianak, Dr.Syarif menyambut baik adanya kuliah umum moderasi beragama ini terlebih dibarengi dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 H, Dirinya menyebut jika fungsi kerasulan jarang disuarakan.

“Sangat penting, karena IAIN Pontianak mempunyai 12.000 mahasiswa, Saya tidak bisa menjamin  tidak terjadi infiltrasi, dogmatis, berkaitan dengan paham radikalisme yang memanfaatkan teks suci menjadi legalitasnya untuk menguatkan ikhtiar mereka,” ucap Rektor IAIN tersebut.

Dr. Syarif berpesan agar mahasiswa dapat berpegang teguh pada NKRI, dan pihaknya pun mewajibkan wawasan kebangsaan bagi 4 ormawa di IAIN dan diikuti seluruh mahasiswa iain.

Direktur Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi  yang turut hadir dalam kuliah umum tersebut membenarkan jika dilingkungan kampus ada dua fakor pendorong akselerasi terciptanya  atau terbentuknya paham-paham radikal 

“Satu mahasiswa terpapar dari kajian ekstra kampus ini paling sering, yang kedua dosen yang membawa dari luar untuk diajarkan ke muridnya, ini juga seringkali terjadi,” ungkapnya.

Islah Bahrawi menjelaskan paham yang dibawa dari luar oleh Dosen dan di berikan kepada Mahasiswa, kebanyakan militansi Mahasiswa lebih dari Dosen hal tersebut yang telah banyak ia temukan di lapangan.

“Nah ini ada sejumlah Mahasiswa seperti F-MIPA dan eksakta yang memang kalau dilihat secara indeks lebih mudah terpapar karna mereka tidak terbiasa mencari solusi penyeimbang,” tambahnya.

Dirinya menyebut memang rata- rata Mahasiswa yang terpapar paham radikalisme, adalah orang yang pintar orang yang mempelajari ilmu pasti F-MIPA  dan eksakta,Islah menyebut jika teroris tidak ada Agama jika densus 88 menangkap teroris itu bukan karena menangkap karena oknum tersebut muslim namun teroris tersebut menunggangi Islam untuk melegalkan aksi teror dan kekerasanya.

“Maka saya sering berbicara, yang berjihad adalah seperti Densus 88 itu, mereka menyelamatkan agama dari stigma terorisme,” paparnya.

Islah mengatakan jika organisasi teroris memiliki tahapan- tahapan yang disebut marhalah, yang memiliki konsep protokoler yang dapat menyusup ke semua lingkungan, ketika oknum tersebut merencanakan aksi teror tersebutlah Densus 88 menangkap mereka. karna jikalau menunggu setelah melaksanakan kegiatannya, korban berjatuhan baru ditangkap percuma. Dan melihat akhir-akhir ini  aksinya di lakukan secara mandiri, mereka yang melakukan aksi mandiri ini adalah orang - orang yang terpapar melalui media sosial.

“Jika hal tersebut terjadi, penangkal utama adalah keluarga. Keluarga harus mengawasi anak - anaknya, metode seperti ini banyak di negara lain dan Indonesia baru mulai bermunculan. sehingga keluarga jangan lengah, jika paham - paham tersebut dapat diantisipasi dengan moderasi beragama, pihaknya ingin memberikan pemahaman pada masyarakat dengan beragama dapat dijauhkan dari kekerasan, caci maki dan permusuhan.” tutupnya. (BP).

Editor : Aan

Share:
Komentar

Berita Terkini