![]() |
LP3M Universitas Tanjungpura Gelar Workshop Penyusunan RPS |
Hal tersebut
disampaikan Kepala Pusat MKWK Universitas Tanjungpura Pontianak sekaligus Ketua
Pelaksana Kegiaatan Workshop, Dr. Ir. Wasi’an, M.Sc. dalam sambutanya ia
mengatakan tujuan kegiatan ini adalah melakukan kesiapan dosen Mata Kuliah
Wajib Kurikulum (MKWK) untuk menyusun RPS yang berbasis kasus dan proyek
bersama.
“Rencana pelaksanaan Workshop ini akan
dilakukan selama 2 hari: Rabu-Kamis 5-6 Oktober 2022, dengan Materi dari Pusat
Pengembangan Pembelajaran Meliputi paradigma pembelajaran kasus dan proyek,
pengembangan RPS dan Bahan Ajar Berbasis Case Method Learning (CBL) dan Project
Base Learning (PjBL) dan Materi pada setiap Mata Kuliah Wajib Kurikulum Pendidikan
Agama, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia,”
terang Dr. Ir. Wasi’an, M.Sc.
Kepala Pusat MKWK Universitas Tanjungpura
Pontianak, Dr. Ir. Wasi’an, M.Sc. menjelaskan bahwa seluruh dosen Mata Kuliah
Wajib Kurikulum diwajibkan untuk ikut kegiatan ini.
“Diantaranya Dosen Pendidikan Agama, Dosen
Pendidikan Pancasila, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Dosen Bahasa Indonesia,”
imbuhnya.
Dr. Ir. Wasi’an menjelaskan peserta diikuti
oleh Dosen Pendidikan Agama sebanyak 12 orang, Dosen Pendidikan Pancasila Sebanyak
11, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan sebanyak 11 orang, Dosen Bahasa Indonesia sebanyak
16 orang ditambah peserta dari dosen kampus mitra Universitas Tanjungpura
antara lain Dosen Universitas OSO sebanyak 1 orang, Dosen UPB sebanyak 1 orang, Dosen UMP
Sebanyak 1 orang, Dosen Polnep Tonggak Equator sebanyak 1 orang, Dosen IKIP
sebanyak 1 orang, dan Dosen UNU sebanyak 1 orang.
Sementara
itu Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas
Tanjungpura Pontianak, Dr. Sulistyarini, M. Si.
dalam sambutannya mengatakan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat cepat saat ini telah membawa perubahan yang
sangat cepat pula, dalam berbagai aspek kehidupan.
Dr.
Sulistyarini menyebut Perubahan sosial, ekonomi, dan budaya juga terjadi dengan
sangat cepat. Sehingga dalam masa yang sangat dinamis ini Perguruan Tinggi harus
merespon dengan cepat dan tepat.
Diperlukan
transformasi pembelajaran untuk bisa membekali dan menyiapkan lulusan perguruan
tinggi agar menjadi generasi unggul dan tanggap serta siap menghadapi tantangan
jaman tanpa tercerabut dari akar budaya, kepribadian dan identitas bangsa.
“Saat ini
kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan
Indonesia yang berkelanjutan. Para mahasiswa yang saat ini belajar di Perguruan
Tinggi, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur dan
ulet (agile learner),” ungkapnya.
Kebijakan
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi dan merupakan kerangka untuk menyiapkan
mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan
siap menjadi pemimpin dengan karakter dan jati diri yang dilandasi semangat
bela negara yang tinggi.
“Proses
pembelajaran dalam kampus merdeka merupakan salah satu perwujudan pembelajaran
yang berpusat pada mahasiswa atau student center learning yang sangat esensial,”
imbuhnya.
Dr.
Sulistyarini berharap melalui program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka yang
dirancang dan diimplementasikan dengan baik diharapkan hard skill dan soft
skill mahasiswa akan terbentuk dengan kuat dan melahirkan mahasiswa yang juga
berkarakter tangguh.
“Upaya
pembentukan karakter ini dilakukan dengan tujuan agar pada saat yang bersamaan
keterampilan teknikal dapat parallel dengan pembentukan prilaku yang didasarkan
pada kepribadian dan kearifan original Bangsa Indonesia,” ungkap Dr.
Sulistyarini.
Selanjutnya ketua
LP3M Universitas Tanjungpura ini mengatakan kebijakan Kementrian berikutnya
adalah penerapan Indikator Kinerja Utama sebagai landasan transformasi
Perguruan tinggi.
“Workshop
hari ini sebagaimana tadi dilaporkan Kepala Pusat Mata Kuliah Wajib Kurikulum
akan mendorong capaian IKU ke 7 yakni : Kelas yang kolaboratif dan
partisipatif, Kinerja utama ketujuh adalah kelas yang kolaboratif dan
partisipatif, sehingga pihak kampus bersama para dosen mampu menciptakan kelas
yang mumpuni, Bisa melibatkan mahasiswa dan merangsang keterlibatan mereka
dalam proses belajar di kelas,” jelasnya.
Melalui
perhitungan dengan IKU inilah maka pemerintah dan pihak PTN sendiri bisa lebih
mudah melihat perkembangan dari instansi pendidikan. Sehingga lebih mudah untuk
mengejar target sekaligus lebih mudah untuk mendapatkan dana insentif yang
disediakan oleh Kemendikbud.
Lembaga Pengembangan
Pembelajaran Dan Penjaminan Mutu Universitas Tanjungpura Pontianak untuk
memastikan bahwa penguatan nilai-nilai ini berjalan efektif UNTAN juga telah
melakukan berbagai upaya diantaranya dengan mendorong inovasi pembelajaran yang
saat ini didorong ke arah pembelajaran yang berbasis kasus dan proyek bersama.
“Tidak kalah
penting dalam hal ini adalah pemanfaatan teknologi informasi dalam proses
pembelajaran. Sehingga apa yang menjadi cita-cita kita menjadi Negara yang adil
makmur serta berdaulat penuh dapat terjaga sampai ke masa depan,” pungkasnya.
(tim liputan).
Editor :
Heri