 |
| Dukung Ketahanan Pangan Dan Energi, Kementerian BUMN Bentuk PT Sinergi Gula Nusantara |
KALBARNEWS.CO.ID (MOJOKERTO) -- Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick
Thohir meresmikan revitalisasi industri gula nasional untuk mendukung ketahanan
pangan dan energi di Mojokerto, Jawa Timur, hari ini (10/10). Acara ini
dihadiri oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, Kepala BPKP Muhammad Yusuf Ateh,
Anggota VII BPK Hendra Susanto, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury, dan Bupati
Kabupaten Mojokerto Ikfina Fatmawati. Senin (24 Oktober 2022).
Sejalan dengan prioritas pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Joko
Widodo dimana beliau selalu menekankan pembangunan
ekosistem, kita harus dapat mengatasi
ketergantungan kita terhadap rantai pasok dunia,
khususnya untuk sektor pangan dan energi. Pak
Presiden selalu mendorong agar ada solusi dan karena itu
kita sekarang terus mendorong bagaimana
hilirisasi industri gula ini sudah menjadi kenyataan dan bukan hanya
sekadar rencana," ujar Erick.
Peresmian ini menandai dimulainya penataan organisasi PT Perkebunan Nusantara
III (Persero)/PTPN Group melalui pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yang akan
berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan dan energi. Menteri
BUMN, Erick Thohir menyampaikan,Pembentukan PT SGN ini membuktikan bahwa BUMN siap
membangun ekosistem bisnis di
tengah ketidakpastian industri pangan dan global.
PT SGN merupakan wujud dari akselerasi transformasi bisnis di PTPN Group Holding yang
berasal dari penggabungan aset-aset perusahaan
perkebunan tebu milik PTPN Group, yakni PTPN
II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN
XII dan PTPN XIV. Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara, PT Sinergi Sawit Nusantara, dan PT
Aset Manajemen Nusantara ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022
tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional
(PSN).
"Transformasi dari PTPN sejatinya sudahberjalan dengan baik dan pembentukan PT Sinergi
Gula Nusantara, PT Sinergi Sawit Nusantara, dan PT Aset Manajemen Nusantara merupakan
bagian dari Proyek Strategis Nasional yang terus dikawal oleh pemerintah. Ini
merupakan komitmen dari negara untuk memastikan bahwa ketiga proyek tersebut dapat berjalan dengan
baik," tandas Erick.
Sebagai entitas
tunggal dari 36 pabrik gula (PG) milik PTPN Group, PT SGN akan
menjadi perusahaan gula terbesar di
Indonesia dengan proyeksi perluasan lahan hingga 700 ribu
hektare di 2028 mendatang. Dengan luasan
lahan tersebut, diharapkan PT SGN akan mampu
menguasai 60%-70% pasar gula nasional di tahun 2028.
"Kita harapkan PT SGN ini bisa memenuhi kebutuhan gula nasional, dan kesejahteraan petani
harus menjadi bagian karena pembukaan 700 ribuhektare lahan ini bukan hanya lahan PTPN saja,
tetapi juga bekerja sama dengan petani,"
tandas Erick.
Revitalisasi Industri Gula Nasional
yang dilakukan oleh PT SGN ini termasuk melakukan
intensifikasi dan ekstensifikasi on farm maupun off farm sehingga diharapkan mampu
mewujudkan swasembada gula konsumsi nasional tahun 2028, dan
gula konsumsi industri tahun 2030.
Sebagai informasi, pada tahun 2021 produksi
gula kristal putih (GKP) Nasional adalah
sebanyak 2,35 juta ton dengan kebutuhan konsumsi gula nasional sebesar 3,12 juta ton.
Dengan demikian, sisa
kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor
sebesar 1,04 juta ton setara GKP.
Untuk itu, pembentukan PT SGN merupakan solusi untuk percepatan
swasembada gula konsumsi, peningkatan
kesejahteraan petani tebu, juga
menjaga stok gula konsumsi untuk stabilisasi
harga. Selain upaya untuk kedaulatan
pangan, PT SGN juga diproyeksikan untuk
mewujudkan kedaulatan energi melalui Bioethanol berbasis tanaman tebu yang memberi
kontribusi nyata terhadap Biofuel sebagai
energi baru terbarukan (EBT).
"Kita harus memastikan juga agar PT SGN ini bisa memproduksi bioethanol agar ke depan
ini bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan impor BBM. Sebagai laporan, kita
juga sudah melakukan benchmarking dengan negara tetangga Brasil, dimana mereka telah
berhasil mendorong turunan gula menjadi bioethanol, kalau negara
lain bisa kenapa Indonesia tidak bisa," lanjut
Erick.
Sejalan dengan peningkatan produktivitas gula yang dilakukan PT SGN
nantinya, produksi bioethanol berbasis tebu yang memberikan
kontribusi nyata pada biofuel diharapkan dapat
turut meningkat. "Kita targetkan untuk bisa menghasilkan 1,2 juta
kiloliter minyak mentah (di
tahun 2030). Karena itu, kehadiran Pertamina untuk menjadi off taker menjadi penting supaya
bisa dipastikan bahwa apa yang menjadi
kebutuhan petani dan gula nasional
berkesinambungan dengan kebutuhan energi nasional dengan
mencampur bioethanol ke BBM dan menciptakan BBM
ramah lingkungan seperti yang kita saksikan di Brasil,"
tandasnya.
Hal ini menjadi penting untuk substitusi kebutuhan impor minyak mentah dan digunakan untuk
bauran energi kendaraan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, negara akan
memiliki alternatif energi untuk mengurangi beban
ketergantungan impor BBM. Untuk mendukung hal
tersebut, PTPN bersinergi dengan Pertamina untuk pilot project pengembangan
biofuel. Hal ini merupakan langkah penting dalam mewujudkan penyediaan bioethanol kepada masyarakat
sebagai bahan bakar kendaraan yang lebih ramah lingkungan, seperti yang sudah
terjadi di Brazil. Langkah tersebut, juga sejalan dengan sustainable
energy transition yang menjadi salah satu agenda prioritas G-20
di Bali, selain global health architecture dan digital
transformation.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri
BUMN juga menyempatkan berdialog dengan petani di
Kebun Temugiring PTPN X dan
menyaksikan proses panen tebu yang menggunakan cane
harvester dan cane graber dan penanaman
tebu secara mekanis cane planter di area demo plot
dengan bibit varietas unggul jenis NX04 yang dirilis oleh pusat penelitian PTPN
X. (Tim Liputan).
Editor : Aan