Tekan Emisi, PLN Manfaatkan Limbah Sawit Jadi Bahan Bakar PLTU Berau |
Program
co-firing merupakan upaya percepatan pencapaian target bauran energi 23 persen
pada tahun 2025 tanpa harus membangun pembangkit baru melainkan dilakukan
dengan substitusi sebagian batu bara dengan biomassa.
Ditemui pada
kegiatan seremoni go live commercial, General Manager PLN Unit Induk
Pembangkitan dan Penyaluran (UIKL) Kalimantan Daniel Eliawardhana menyatakan
PLTU Berau berkapasitas 2 x 7 MW merupakan salah satu PLTU di Kalimantan yang
menerapkan program co-firing.
“Program
co-firing merupakan upaya percepatan target bauran energi baru terbarukan (EBT)
sebesar 23% pada tahun 2025 tanpa harus membangun pembangkit baru melainkan
dengan melakukan subtitusi sebagian batu bara dengan biomassa,” ungkap Daniel.
Daniel
menambahkan dalam menjalankan program co-firing, PLTU Berau memanfaatkan
cangkang sawit yang diolah sedemikian rupa untuk dijadikan bahan campuran batu
bara dengan komposisi perbandingan 5:95.
“Dengan
program co-firing ini, penggunaan batu bara pada pembangkit dapat dikurangi.
Dalam skala besar dan lebih panjang, emisi yang dihasilkan dalam peoperasian
PLTU juga akan menurun. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk
menurunkan emisi sebesar 314 juta hingga 398 juta ton karbondioksida pada 2030
mendatang melalui program pengembangan green energy yang ramah lingkungan,”
imbuh Daniel.
Daniel
menjelaskan pelaksanaan co-firing cangkang sawit dan batu bara di PLTU Berau
telah berlangsung sejak Mei 2021 dengan lebih dari 500 ton limbah cangkang
sawit telah dimanfaatkan.
“Dari sisi
efisiensi, cangkang sawit memiliki nilai kalori yang lebih tinggi dibandingkan
nilai kalori batu bara yang digunakan di PLTU Berau. Sehingga secara teknis,
program co-firing juga mendukung dalam peningkatan efisiensi PLTU PLN”, jelas
Daniel.
Kemudian
dalam menjaga kontinuitas pasokan cangkang sawit, Daniel mengungkapkan pihaknya
telah menjalin kerja sama dengan koperasi dan masyarakat setempat. Harapannya
program cofiring juga membawa dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
Berau terutama dalam pemanfaatan limbah hasil perkebunan rakyat.
“Penyediaan
bahan bakar yang biasanya berbasis korporasi, kami ubah menjadi berbasis
kekuatan rakyat. Sehingga tantangan kami dalam penyediaan rantai pasok dapat
terpenuhi serta ekonomi masyarakat lokal setempat juga semakin meningkat,"
tutup Daniel.
Selain turut
meningkatkan kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, cofiring
ini juga berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan dalam bentuk
Creating Shared Value (CSV) dimana tercipta peluang lapangan kerja dan bisnis
di sektor biomassa khususnya yang berbasis sampah dan limbah sebagai pengganti
bahan bakar fossil pada PLTU.
Sebelumnya,
program yang sama telah berhasil diimplementasikan di 5 PLTU lain di Kalimantan
yaitu PLTU Asam-asam di Kalsel, PLTU Pulang Pisau di Kalteng, PLTU Sintang,
PLTU Ketapang dan PLTU Sanggau ketiganya di Kalbar. (tim liputan).
Editor :
Heri