Kondisi Madrasah Memprihatinkan Dan Butuh Perhatian |
Namun kondisi
bangunannya saat sangat memprihatinkan dan sangat membutuhkan perhatian serta
uluran tangan dari para Dermawan dan Pemerintah.
Madrasah
yang didirikan pada Tahun 1960-an oleh 3 (tiga) bersaudara ini berasal dari
Pulau Jawa diantaranya, KH. Abd. Hakim Hs, KH. Abdussamad Hs dan KH. Fauzi Hs
demi mensyi'arkan Agama Islam pada waktu itu.
Hal ini
diungkapkan oleh Ketua Yayasan Madrasah Ibtida'iyah Hidayatussibyan, Nurjali
ketika dikonfirmasi media, Ia mengatakan ketiga tokoh pendiri madrasah ini datang
ke Kalbar ini untuk berda'wah di daerah Singkawang, Sanggau dan Pontianak yang
letaknya di desa Madusari, kemudian beliau berhijrah lagi untuk melanjutkan
Da'wahnya disini tepatnya di Parit Kapitan,"ujar Nurjali, Rabu (08/09/2021).
Nurjali
menambahkan, awal mula ketiga tokoh masuk kesini sama sekali tidak ada Madrasah
yang berdiri, akses jalannya juga masih jalan setapak dan hutan belantara
hingga akhirnya beliau berinisiatif bersama warga setempat untuk mendirikan Madrasah sebagai
tempat belajar untuk anak-anak.
Warga pun
sangat semangat pada waktu itu untuk melaksanakan pembangunan walaupun hanya
memakai cara yang sederhana dengan menggunakan bahan kayu bulat tanpa dinding
serta lantai tanah, setelah selesai pembangunan Madrasah banyak anak-anak yang
belajar menuntut ilmu hingga orang dewasa pun ingin belajar ilmu agama, karena
sistem yang diajarkan kepada anak didiknya sama seperti Madrasah Diniyah pada
umumnya.
“Selang
beberapa tahun kemudian atas hasil musawarah bersama warga dan wali murid
akhirnya ketiga tokoh memiliki inisiatif kembali membangun gedung yang baru dan
layak untuk ditempati,"jelas Nurjali.
“Hingga sekarang ini gedung tersebut tidak ada perubahan dan sangat memperihatinkan jika dilihat dari jaman yang sudah serba Modern saat ini,"ujarnya.
Nurjali
mengatakan selaku pengurus Lembaga Pendidikan Islam Madrasah Hidayatussibyan, dirinya
juga berusaha memajukan Madrasah ini bukan hanya dari segi bangunan saja tapi
juga dari segi sistem Pendidikan yang bermoral dan bermutu agar dapat membantu
Pemerintah untuk mencerdaskan generasi muda penerus bangsa.
“Kami juga
sangat menjunjung tinggi untuk menanamkan kepada anak didik supaya mereka kelak
menjadi manusia yang berbudi pekerti, karena mereka adalah penurus generasi bangsa
dimasa yang akan mendatang,"ujarnya lagi.
Hal yang
sama dikatakan salah satu Alumni pertama di Madrasah Hidayatussibyan, Muhtar,
Ia mengatakan memang susah payah pada tahun itu untuk mencari ilmu apalagi mau
Sekolah Tinggi dengan keadaan terbatas dan fasilitas yang sangat minim jika
ingin berangkat belajar ke madrasah sangat sulit.
“Terkadang
kami tak sempat mandi dan makan karena dari pagi kerja bantu orang tua noreh
getah nanti siangnya sekitar jam 12-an dan lucunya lagi ditangan masih berlumur
getah karet, selain itu mirisnya lagi disaat hujan deras, kaki semua murid
diangkat di atas tempat duduk, takut basah kakinya karena sekolahan tidak ada
lantai langsung ketanah, akhirnya setelah tamat dari Madrasah tanpa ada Ijazah
karena belum terdaftar di Pemerintahan saat itu,"ungkap Muhtar.
Namun sekitar
tahun 1980-an kemudian, Abah Hakim (sebutan KH. Abd Hakim, Hs) membangun gedung empat lokal, yang dibantu
bersama wali murid, dan pengerjaannya juga diadakan gotong royong bangunan
madrasah bisa terbangun dengan lebih baik.
“Termasuk
saya sendiri juga ikut membantu jadi tukang di Madrasah Ibtida'iyah
Hidayatussibyan, semoga Madrasah ini dapat maju seperti Sekolahan yang ada dijaman
sekarang karena paling banyak memiliki nilai sejarah yang begitu besar bagi
orang yang pernah menuntut ilmu dijaman itu,"ujarnya.
Muhtar
menambahkan, sampai hari ini bangunan Madrasah tersebut sangat memprihatinkan
karena bangunannya sudah tua dan tak layak pakai karena saking lamanya dan
belum mendapatkan perhatian dari Pemerintah sementara Madrasah yang baru saja
mendapat perhatian dari Pemerintah.
"Semoga
Pemerintah peduli untuk dapat membantu melengkapi fasilitas yang ada di
Madrasah ini agar dunia Pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan baik,"pungkasnya.(jal/tim
liputan).
Editor : Aan